Inflasi Inti Tokyo Capai 3,6 Persen di Mei 2025, BOJ Dihadapkan pada Dilema Baru
Inflasi inti di Tokyo melonjak menjadi 3,6 persen pada Mei 2025. inflasi tersebut didorong oleh kenaikan tajam harga makanan.
IDXChannel- Inflasi inti di Tokyo melonjak menjadi 3,6 persen pada Mei 2025. inflasi tersebut didorong oleh kenaikan tajam harga makanan.
Dilansir Yahoo Finance, Jumat (30/5/2025), angka inflasi ini menjadi tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir. Lonjakan ini memperkuat tekanan terhadap Bank of Japan (BOJ) untuk memperketat kebijakan moneternya, meskipun pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Kenaikan harga beras yang sangat tajam hingga 93,2 persen menjadi salah satu penyumbang utama inflasi. Harga makanan non-segar lainnya juga naik hampir 7 persen.
Situasi ini menunjukkan tekanan harga mulai menyebar ke berbagai kategori kebutuhan pokok. Sementara itu, inflasi jasa juga mengalami percepatan.
Data tersebut bersamaan dengan laporan negatif dari sektor manufaktur. Output industri turun hampir 1 persen pada April.
Kondisi ini menggambarkan tekanan ganda yang dihadapi BOJ antara harus mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan di tengah perlambatan global serta kebijakan tarif dari AS.
Inflasi di Tokyo telah melampaui target BOJ sebesar 2 persen selama tiga tahun berturut-turut. Namun prospek pertumbuhan yang tidak pasti membuat pengambilan keputusan lebih rumit. BOJ telah menaikkan suku bunga menjadi sekitar 0,5 persen, namun belum menunjukkan arah kebijakan yang agresif.
BOJ dan pemerintah Jepang kemungkinan akan menghadapi tekanan dari masyarakat apabila harga kebutuhan pokok terus meningkat tanpa diimbangi pertumbuhan upah atau stimulus ekonomi yang cukup. Hal ini juga dapat memengaruhi konsumsi rumah tangga, yang merupakan komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.
Kondisi saat ini membuat BOJ dalam posisi sulit. BOJ harus menstabilkan harga tanpa menghambat pemulihan ekonomi. Arah kebijakan selanjutnya akan sangat bergantung pada data inflasi beberapa bulan ke depan serta proyeksi pertumbuhan sektor manufaktur dan konsumsi domestik.
(Ibnu Hariyanto)