ECONOMICS

Inflasi Jadi Fokus Utama Menjelang Pertemuan The Fed Bulan Ini

Kunthi Fahmar Sandy 08/09/2025 08:43 WIB

Saham-saham ditutup melemah pekan lalu setelah laporan ketenagakerjaan Agustus yang lemah

Inflasi Jadi Fokus Utama Menjelang Pertemuan The Fed Bulan Ini (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Data inflasi akan menyoroti kalender pendapatan dan ekonomi pekan depan, setelah sebelumnya tenang pada minggu perdagangan pertama September karena perhatian investor beralih ke pertemuan kebijakan Federal Reserve berikutnya.

Dilansir dari laman Yahoo Finance Senin (8/9/2025), saham-saham ditutup melemah pekan lalu setelah laporan ketenagakerjaan Agustus yang lemah dan ini menjadi bukti bahwa pasar tenaga kerja AS sedang mengalami pendinginan yang drastis.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun, karena peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada akhir pertemuan 16-17 September meningkat menjadi 100 persen.

Laporan pendapatan pekan lalu juga memberikan beberapa pembaruan mengenai konsumen, dengan Dollar Tree (DLTR) menunjukkan konsumen berpenghasilan tinggi mulai mengurangi konsumsi, hasil Lululemon (LULU) menunjukkan tren athleisure tampaknya memudar, dan hasil American Eagle (AEO) menunjukkan bahwa kampanye iklan yang kuat masih menjadi faktor penentu di tahun 2025.

Kalender pendapatan pekan depan akan lebih ringan bagi investor, dengan Oracle (ORCL), Adobe (ADBE), dan Kroger (KR) sebagai sorotan utama.

Selain data inflasi hari Kamis, pembaruan mingguan mengenai suku bunga hipotek akan diawasi dengan ketat. Sentimen konsumen, yang akan dirilis hari Jumat pun akan memberikan gambaran lain tentang bagaimana perasaan masyarakat Amerika tentang pasar tenaga kerja yang melambat dan ketidakpastian terkait tekanan inflasi yang akan datang.

Inflasi meningkat, The Fed mengalihkan pandangannya

The Federal Reserve menyeimbangkan mandat yang berupaya memaksimalkan lapangan kerja sekaligus menjaga inflasi di angka 2 persen.

Bulan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menguraikan kemungkinan penurunan suku bunga, dengan menyebutkan pelemahan di pasar tenaga kerja dan risiko pelemahan pasar tenaga kerja AS yang semakin cepat. Laporan ketenagakerjaan hari Jumat lalu menjadi contohnya

Namun, pada pekan mendatang, bank sentral kemungkinan akan menyadari bahwa mereka belum membuat banyak kemajuan dalam paruh kedua mandat ini.

Para ekonom memperkirakan harga konsumen naik 0,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya di bulan Agustus dan 2,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Keduanya akan menandai kenaikan inflasi sejak Juli dan The Fed semakin menjauh dari targetnya.

Pada basis inti (dengan mengesampingkan biaya makanan dan gas yang lebih fluktuatif, yang dapat dipengaruhi oleh harga komoditas) inflasi diperkirakan naik 0,3 persen dan 3,1 persen secara bulanan dan tahunan. Angka ini akan menyamai kenaikan yang terjadi pada bulan Juli.

"IHK bulan Juli menunjukkan bahwa tarif bukan satu-satunya tantangan bagi The Fed dalam menyelesaikan perjuangannya melawan inflasi," tulis ekonom Wells Fargo, Sarah House dan Nicole Cervi, dalam sebuah catatan pada hari Jumat. "

Inflasi jasa yang tinggi bersamaan dengan rebound harga barang telah menghambat tren disinflasi selama dua tahun terakhir dan mendorong inflasi semakin jauh dari target FOMC.

"Ke depannya, kami menduga tarif yang lebih tinggi akan tetap berlaku karena pemerintah memiliki wewenang untuk menaikkan bea cukai di luar Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional yang saat ini sedang dalam pengawasan hukum," tutur dia.

Dalam ekonomi pascapandemi, lonjakan inflasi ke level tertinggi dalam 40 tahun jauh lebih besar daripada kekhawatiran yang mungkin dimiliki para pembuat kebijakan tentang pasar tenaga kerja.

Memang, melalui periode inflasi tersebut, pasar tenaga kerja terbukti tangguh.  Baru pada hari Jumat ketika data bulan Juni direvisi yang menunjukkan 13.000 pekerjaan benar-benar hilang selama bulan tersebut kita melihat adanya kontraksi pasar tenaga kerja selama beberapa bulan sejak akhir tahun 2020.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE