Ini Rahasia Industri Furnitur Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Industri furnitur merupakan salah satu sektor yang merasakan dampak kemunduran dari pandemi Covid-19.
IDXChannel - Industri furnitur merupakan salah satu sektor yang merasakan dampak kemunduran dari pandemi Covid-19. Salah satu dampaknya yang paling terasa adalah membuat mobilitas masyarakat terbatas.
Namun dengan lebih inovatif dan kreatif, industri furnitur justru mengalami peningkatan permintaan hingga tercatat 6 persen berdampingan dengan pandemi.
Peningkatan permintaan itu dikarenakan banyak masyarakat yang saat ini melakukan berbagai aktivitasnya dari rumah. Untuk itu banyak juga yang tertarik untuk mempercantik huniannya agar lebih nyaman.
Ari Sanjaya, CEO Ku Casa, yang bergerak di bidang industri furnitur, menceritakan bagaimana bisnisnya mengalami kemunduran sejak awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada tahun 2020.
"Tapi memang kita harus beradaptasi, inovasi, untuk melakukan-melakukan perubahan mengikuti perkembangan-perkembangan di masa pandemi ini," ujarnya dalam Live Power Breakfast IDX Channel pada, Kamis (12/8/2021).
Namun ketika pemberlakuan PPKM beberapa bulan belakangan, cukup kembali berdampak pada bisnisnya yang sebelumya sudah mulai berkembang di awal tahun 2021.
"Kalau kita lihat terutama di industry furniture ini menurun signifikan di dua bulan belakangan, tapi saya melihat ada tren sedikit meningkat diawal bulan Agustus ini ya mungkin karena terkait pelonggaran PPKM," sambung Ari Sanjaya.
Namun mengatasi hal tersebut, Ari mengaku melakukan banyak perbahan dalam mekanisme bisnisnya. Bisnis furniturnya kini dipasarkan melalui saluran internet.
"Yang pasti sih inovatif dan lebih kreatif ya, kita mengikuti sekarang sudah digitalisasi, jadi fokusnya sendiri kita sedang bebenah untuk lebih menggalangkan strategi di digital," lanjutnya.
Membuat toko online memang lebih jauh efisien saat kondisi pandemi seperti saat ini. Ari sendiri kini tengah mengarahkan dagangannya dari yang ritel gallerry menjadi ke e-commerce.
"Efisiensinya adalah mengurangi variable cost yang pastinya memberatkan perusahaan ya, ada beberapa karyawan kami yang kontrak, terpaksa kami tidak lanjutkan, terus cost-cost seperti penyewaan tempat gallery, itu tidak menjadi beban jika beralih ke digital," tutupnya. (NDA)