Intip Industri EV hingga Kompor Listrik, Indika sampai Bos Djarum Jadi Pemain
Program nasional kendaraan listrik dan kompor induksi tak terlepas dari peran industrinya. Berikut sederet pemainnya di Tanah Air.
IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meneken Instruksi Presiden (Inpres) tentang penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai kendaraan dinas operasional pemerintah pusat dan daerah.
Inpres Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah itu ditandatangani Jokowi pada 13 September 2022.
Tak lama berselang, pemerintah juga akan mengonversi kompor gas ke kompor listrik induksi untuk rumah tangga. Konversi ini disebut menjadi upaya mengurangi subsidi elpiji 3 kilogram.
Sementara untuk kompor induksi, pemerintah bakal memberikan paket kompor listrik gratis kepada 300.000 rumah tangga miskin yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) pada tahun ini. Masing-masing rumah tangga itu akan mendapatkan paket kompor listrik senilai Rp2 juta.
Pemerintah terkesan ‘tancap gas’ soal mengganti transportasi hingga kompor menggunakan listrik. Kebijakan ini hampir serentak dikeluarkan dalam periode yang berdekatan. Namun, pemerintah berdalih ini dilakukan untuk mendukung agenda pengurangan emisi karbon serta sebagai solusi oversupply pasokan listrik di pulau Jawa.
Semua Beralih ke Listrik, Siapa Cuan?
Jika dilihat secara umum, kebijakan peralihan kendaraan listrik dan kompor induksi ini akan menguntungkan dua sektor utama, khususnya otomotif dan sektor industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE).
Beberapa emiten energi mencoba peruntungan dengan adanya kebijakan kendaraan listrik ini. Seperti Indika Energy (INDY), perusahaan batu bara yang baru saja meluncurkan motor listrik mereka dengan merk Alva.
Ada pula kerja sama GoTo Grup (GOTO) dan TBS Energi Utama (TOBA), yang terafiliasi dengan Luhut Binsar Pandjaitan, mendirikan joint venture pengembangan bisnis motor listrik, PT Energi Kreasi Bersama.
Perusahaan konstruksi pelat merah, Wijaya Karya (WIKA) juga menjadi produsen kendaraan listrik Gesits melalui PT. Gesits Technology Indo (GTI).
Dampak dari perpindahan menuju kompor induksi ini juga akan semakin memperkokoh sektor industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE).
Pertumbuhan sektor ini pada kuartal II tahun 2022 sebesar 6,65%, menurut Kemenperin. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,44% pada periode yang sama.
“Dilihat dari kontribusinya, sektor ILMATE memegang peranan sebesar 3,87% terhadap perekonomian nasional, dan 24,17% terhadap industri pengolahan nonmigas,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin, M. Arifin, Kamis (25/8).
Beberapa taipan akan semakin meraih cuan dampak dari kebijakan perpindahan kompor listrik ini.
Di antaranya Hartono bersaudara selaku produsen kompor listrik PT Hartono Istana Teknologi atau yang biasa dikenal dengan merk dagang Polytron.
Selain Polytron, duo Hartono, yang dikenal sebagai bos perusahaan rokok Grup Djarum, memiliki perusahaan besar Tanah Air, seperti Bank Central Asia (BBCA) atau BCA, e-commerce Blibli, pengelola supermarket Ranch Market.
Tak hanya Polytron, sudah ada 5 perusahaan yang menyatakan minat untuk memproduksi kompor induksi dengan kapasitas 300 ribu hingga 1,2 juta per tahun, menurut Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin.
Pada 2023 beberapa korporasi, seperti PT Adyawinsa Electrical and Power akan memproduksi 1,2 juta perangkat, PT Maspion Elektronik, akan memproduksi 300 ribu perangkat.
Nama lainnya, PT Hartono Istana Teknologi akan memproduksi 1 juta perangkat. Ada pula PT Selaras Citra Nusantara Persada akan memproduksi 300 ribu perangkat, serta PT Sutrado memproduksi 1 juta perangkat.
Di samping itu, ada sekitar 6 perusahaan lain yang berminat memproduksi kompor induksi. Di antaranya, PT Rinnai Indonesia, PT Star Cosmos, PT Sanken Argadwija, PT Kencana Gemilang, PT Teka P&T International, dan PT Winn Appliance.
Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin, Taufik Bawazier mengatakan, RI akan mendukung rata-rata produksi kompor listrik sebesar 5 juta unit per tahun mulai 2023. Hal ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Kemenperin, Rabu (21/9/2022).
"Tahun 2022, kemampuan nasional kita bisa 300 ribu pcs, dan nanti ketika ada kepastian spek dan jenis kompor induksinya beberapa perusahaan yang eksisting, yang memproduksi kompor listrik akan menambah line investasinya khusus di kompor induksi. Itu di 2023 5 juta, 2024 5 juta, 2025 5 juta," kata Taufik.
Dengan adanya konversi ini turut membawa nilai tambah, seperti hilirisasi hasil tambang dalam negeri. Dari sisi produksi misalnya, setidaknya akan ada penambahan tenaga kerja sampai penambahan investasi, dengan begitu akan memperkuat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). (ADF)