ECONOMICS

Intip Kontribusi Negara G20 Antisipasi ‘Next’ Pandemi

Maulina Ulfa - Riset 01/11/2022 16:51 WIB

Nasib FIF ini masih harus dilihat pasca diselenggarakannya G20 tahun ini. Mengingat tahun depan ramalan resesi cukup menghantui negara-negara maju.

Intip Kontribusi Negara G20 Antisipasi ‘Next’ Pandemi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indonesia disebut telah mencatatkan sejarah dalam presidensi G20 tahun ini. Pertemuan Gabungan Gugus Tugas Keuangan dan Kesehatan G20 atau G20 Joint Finance and Health Task Force (JFHTF) ke-6 yang berlangsung 28-30 September 2022 menghasilkan kesepakatan financial intermediary fund (FIF).

“Total komitmen FIF dari donor penggagas adalah sebesar USD1,4 miliar, dan anggota mendorong tambahan komitmen secara sukarela,” mengutip rilis Kementerian Keuangan,  Jumat (14/10).

Mengutip laman Kementerian Keuangan RI, pertemuan keenam JFHTF dihadiri oleh seluruh anggota G20, negara undangan, serta organisasi internasional, seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO), Bank Dunia (WB), Dana Moneter Internasional (IMF), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).

Hasil pertemuan keenam JFHTF ini akan menjadi bahan masukan pada pertemuan kedua Menteri Keuangan dan Kesehatan (JFHMM) yang diadakan di Bali pada bulan November tahun ini.

FIF ini sebelumnya telah diresmikan pada 30 Juni 2022 di bawah komando Bank Dunia. Setiap dana yang dikumpulkan melalui lembaga ini dikategorikan sebagai aliran dana khusus dan pembiayaan jangka panjang untuk memperkuat kesiapan menghadapi pandemi di masa mendatang.

Mengingat efek memar atau scarring effect akibat pandemi Covid-19 telah memukul tidak hanya sektor kesehatan namun juga ekonomi.

Dana tersebut merupakan donor dari para negara pendiri yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, Indonesia, Singapura dan Inggris. Selain itu ada juga Wellcome Trust dan The Bill and Melinda Gates Foundation.

Lima negara lain yaitu Italia, China, Uni Emirat Arab, Jepang dan Korea Selatan menyamakan komitmen untuk menambah modal ke FIF yang diproyeksikan dengan total tambahan USD1,28 miliar.

"Kita menerima banyak dukungan. Bukan hanya ide tapi terkumpul kontribusi sekitar USD 1,28 milar untuk FIF. Ini pencapaian luar biasa," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil Pertemuan Ketiga jalur keuangan dan bank sentral G20 pada Juni lalu.

Namun, keseriusan para pihak dalam mengumpulkan dana FIF ini serta implementasinya ke depan masih perlu diuji konsistensinya.

Urgensi Menutup Gap Pendanaan

Menurut beberapa rilis yang beredar, total dana sumbangan yang terkumpul hingga 11 Oktober 2022 baru mencapai USD1,4 miliar atau Rp21,49 triliun dalam laporan Ketua Dewan Pengelola Dana FIF sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri.

Adapun FIF menargetkan pengumpulan dana sebesar USD10,5 miliar atau sekitar Rp164 triliun (kurs Rp 15.628 terhadap USD) per tahun. Artinya, masih ada gap pendanaan sekitar USD9,1 miliar saat ini yang harus dipenuhi oleh negara-negara G20.

Sebagai perbandingan, perundingan internasional sebelumnya dalam isu perubahan iklim telah membentuk Green Climate Fund (GCF) yang menggagas ide serupa.

GCF selama ini telah beroperasi sejak disepakatinya Perjanjian Cancn dalam Conference of the Parties (COP 16) yang diselenggarakan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 2010.

GCF dibentuk sebagai kendaraan pembiayaan khusus untuk negara-negara berkembang dalam arsitektur iklim global.

Mengutip website GCF, hingga 1 November 2022, total komitmen pembiayaan GCF telah mencapai USD11,3 miliar dengan penyaluran pembiayaan terhadap 209 proyek. Adapun. pengurangan emisi dari adanya proyek-proyek GCF ini mencapai 2,4 miliar ton CO2e.

Namun jika ditelaah, banyak negara harus belajar dari Amerikat Serikat (AS) dalam hal pendanaan global. Salah satu negara adi daya ini selalu mengambil peran terdepan dalam berbagai upaya pendanaan global. Dalam FIF, AS juga masih menjadi kontributor terbesar.

Beberapa negara disebut berpartisipasi dalam FIF ini di antaranya AS sebesar USD450 juta, Uni Eropa USD450 juta, Jerman 50 juta Euro atau setara USD49,58 juta (Kurs 0,99 Euro terhadap dolar AS), Singapura USD10 juta, dan Wellcome Trust 10 juta Poundsterling atau setara USD11,51 juta (Kurs 1,15 poundstering terhadap dolar AS). (Lihat grafik di bawah ini)

AS juga telah banyak menyumbang dalam penguatan arsitektur kesehatan global. Sebut saja, dana Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang sebagian besar berasal dari AS. Negeri Paman Sam ini menyumbang hampir USD90 juta atau sekitar 15,5% dari total anggaran organisasi tersebut pada 2018-2019. (Lihat grafik di bawah ini)

Kali ini, dunia tengah menanti taji negara-negara G20 yang memiliki postrur ekonomi besar dalam kontribusinya terhadap FIF. Jika next pandemi adalah sesuatu yang pelu dihindari melalui kerjasama yang saling menguntungkan, setidaknya hal ini akan terlihat dari komitmen pendanaan negara-negara maju.

Nasib FIF ini masih harus dilihat pasca diselenggarakannya G20 tahun ini. Akankah skema pendanaan ini akan mengikuti kesukseskan GCF dalam pengumpulan dana atau akan seret. Ini mengingat tahun depan ramalan resesi cukup menghantui negara-negara maju. (ADF)

SHARE