ECONOMICS

Investasi Kendaraan Listrik, Indonesia Gaet Perusahaan Kimia Terbesar Dunia

Suparjo Ramalan 28/02/2023 16:26 WIB

Pemerintah tengah bernegosiasi dengan perusahaan kimia terbesar dunia asal Jerman, BASF untuk berinvestasi di proyek kendaraan listrik.

Investasi Kendaraan Listrik, Indonesia Gaet Perusahaan Kimia Terbesar Dunia (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah tengah bernegosiasi dengan perusahaan kimia terbesar dunia asal Jerman, BASF untuk berinvestasi di pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) Indonesia.

"Salah satu diskusinya kan ada BASF. Itu pernah dengar kok," ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2023). 

Upaya mendatangkan lebih banyak investor asing itu pun masih dalam tahap diskusi atau negosiasi. Artinya, belum ada komitmen antara pemerintah Indonesia dengan strategic partnership tersebut. 

Pemerintah membuka peluang bagi investor potensial lainnya agar bisa ambil andil dalam pembangunan EV Battery di Tanah Air. Erick menyebut langkah itu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia. 

"Ini kita lihat aja, mana yang serius karena yang namanya EV Battery sendiri kan sekarang kebutuhan semakin meningkat," ucap dia.

Dalam pembangunan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah melalui IBC telah mengantongi perjanjian kerja sama dengan beberapa produsen baterai kelas dunia.

Dua di antaranya adalah LG Energy Solution (LGES) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Kedua perusahaan asal China dan Korea Selatan (Korsel) itu ikut bergabung ke dalam proyek besar Indonesia Battery Corporation (IBC) yakni, proyek Titan dan Dragon

Atas komitmen tersebut, IBC mendapatkan nilai investasi sebesar USD15 miliar atau setara dengan Rp215 triliun. Perolehan investasi itu ditandai dengan penandatanganan Framework Agreement yang dilakukan pada Maret 2022.

"Kita jangan terkurung pemikiran bahwa pembangunan EV Battery ini hanya China dan Korea, negara-negara Eropa juga ke sini seperti Jerman, Inggris. Jadi kita bukan negara yang istilahnya terjebak di geopolitik yang gak penting, kita kan bagaimana menarik investasi dan bagaimana membuka lapangan pekerjaan dan investasi berusaha," tutur Erick.

(DES)

SHARE