ECONOMICS

Jaga Cash Flow Perusahaan, Pertamina Didorong Sesuaikan Harga BBM Non Subsidi

Taufan Sukma Abdi Putra 27/07/2024 19:33 WIB

SPBU swasta yang beroperasi di pasar domestik juga telah melakukan penyesuaian. Meski demikian, Pertamina sejauh ini masih kukuh mempertahankan harga. 

Jaga Cash Flow Perusahaan, Pertamina Didorong Sesuaikan Harga BBM Non Subsidi (foto: MNC media)

IDXChannel - Fluktuasi harga minyak dunia membuat sejumlah pihak menilai bahwa harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di dalam negeri sudah perlu untuk disesuaikan.

Hal ini, di antaranya, penting dilakukan guna menjaga cash flow PT Pertamina (Persero) sebagai pihak yang ditugaskan untuk mengelola distribusi BBM secara nasional.

"Sudah saatnya Pertamina menyesuaikan harga BBM non subsidi, seperti Pertamax seri. Pasalnya, sejak Maret 2024 BUMN tersebut mempertahankan harga, meski minyak dunia saat itu melonjak pesat," ujar Ekonom Senior dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Kiryanto, dalam keterangan resminya, Jumat (26/7/2024).

Saat itu, menurut Kiryanto, SPBU swasta yang beroperasi di pasar domestik juga telah melakukan penyesuaian. Meski demikian, Pertamina sejauh ini masih kukuh mempertahankan harga. 

"Setuju, tidak masalah kalau saat ini harga BBM non subsidi harus dinaikkan. Penyesuaikan tersebut akan menjaga casf flow perusahaan, menjaga kondisi keuangan pertamina, sekaligus untuk kesinambungan suplai ke depan," ujar Kiryanto.

Kiryanto menjelaskan bahwa evaluasi terhadap penyesuaian harga BBM non subsidi Pertamina memang harus dilakukan.

Pasalnya, selama empat bulan tidak menaikkan harga, tentu berpengaruh terhadap kondisi finansial BUMN tersebut. Terlebih harga minyak dunia juga berfluktuasi dan bahkan sempat melejit sejak Maret 2024. 

"Makanya kalau saat ini harga BBM non subsidi dinaikkan, hitung-hitungannya mungkin sebagai kompensasi, yaitu karena selama beberapa bulan harga BBM non subsidi tidak disesuaikan, padahal di sisi lain harga minyak dunia ketika itu sedang naik," ujar Kiryanto. 

DIkatakan Kiryanto, keputusan ketika itu untuk tidak langsung menaikkan harga BBM non subsidi, sudah tepat. Sebab, daya beli masyarakat memang sedang melemah.

Dalam hal ini, meski BBM non subsidi bukan untuk masyarakat lapis bawah, tetapi jika harga langsung dinaikkan dikhawatirkan akan menimbukan efek, baik langsung maupun tidak langsung. 

"Karena bisa merembet ke harga-harga barang di pasar. Sementara barang di pasar, yang membeli kan bukan hanya orang kaya, tetapi juga orang miskin," ujar Kiryanto.

Begitu pun, Kiryanto berpesan, jika harga BBM non subsidi akan dinaikkan, Pertamina harus memperhatikan beberapa hal. Termasuk di antaranya, bahwa kenaikan harga tidak membebani masyarakat dan tidak memberikan efek kepada inflasi. 

"Analisisnya harus dari helicopter view. Jadi harus dijaga betul pada tingkat harga berapa BBM nonsubsidi jika ingin dinaikkan, yang tidak memiliki efek inflasi yang kuat," ujar Kiryanto.

Selain itu, Kiryanto juga berharap, agar kenaikan tidak menimbulkan disparitas harga yang terlalu besar dengan BBM subisidi seperti Pertalite. Hal ini penting, untuk menghindari migrasi agar kuota BBM subsidi juga tetap terjaga.

(Taufan Sukma)

SHARE