Jelang Rilis Data BPS, Ekonom Proyeksi PDB Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024
Ada sejumlah faktor bahwa angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal II 2024 diperkirakan tumbuh.
IDXChannel - Jelang pengumuman data Badan Pusat Statistik (BPS) siang nanti, ada sejumlah faktor bahwa angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal II 2024 diperkirakan tumbuh.
Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky mengatakan, PDB diperkirakan tumbuh 5,12-5,17% di kuartal I 2024 dan 5,0-5,1% untuk sepanjang 2024.
Sebelumnya, pertumbuhan PDB Indonesia melonjak kembali menjadi 5,04% pada kuartal IV-2023, mendorong tingkat pertumbuhan keseluruhan tahun 2023 menjadi 5,05%.
"Sehingga, kami memproyeksikan PDB tumbuh sebesar 5,15% (y.o.y) di Triwulan-I 2024 (kisaran proyeksi 5,12% - 5,17%) dan 5,1% untuk FY2024 (kisaran proyeksi 5,0% - 5,1%)," tulis Riefky dalam risetnya, Senin (6/5/2024).
Kondisi eksternal yang mempengaruhi ekonomi Indonesia pada awal tahun 2024 menunjukkan kombinasi tren positif dan tantangan yang muncul. Meskipun investasi kuat pada kuartal pertama, dengan total investasi mencapai IDR401,5 triliun, meningkat 22,1% (y.o.y), neraca perdagangan mengalami penurunan.
Surplus perdagangan turun menjadi USD7,34 miliar pada Kuartal-I 2024, penurunan sebesar 39,40% (y.o.y), terutama karena penurunan ekspor yang lebih signifikan dibandingkan dengan impor.
Perlambatan ekspor dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas yang lebih rendah. Secara bersamaan, terjadi aliran keluar modal dari pasar obligasi Indonesia, dengan USD1,89 miliar keluar selama kuartal pertama, kemungkinan karena perubahan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve AS dan ketidakpastian geopolitik global.
Aliran keluar modal ini, bersama dengan pelemahan Rupiah yang turun 2,96% (y.t.d) pada akhir Maret 2024, menunjukkan tekanan yang terus berlangsung pada stabilitas eksternal Indonesia. Penurunan cadangan devisa, yang turun hampir USD6 miliar sejak Desember 2023, menekankan tantangan dalam menstabilkan mata uang.
"Melihat ke depan, Indonesia menghadapi tantangan untuk mengelola risiko dari pasar global yang tidak stabil, menyoroti perlunya manajemen kebijakan ekonomi dan moneter yang hati-hati untuk menghadapi tekanan eksternal ini," jelas Riefky.
Tetapi, kondisi perekonomian domestik dipenuhi berbagai peristiwa selama tiga bulan pertama tahun 2024. Penyelenggaraan Pemilu, dibarengi dengan adanya beberapa periode libur panjang memiliki potensi untuk mendorong tingkat konsumsi secara umum.
Lebih lanjut, perayaan musiman Ramadhan dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Di sisi lain, realisasi investasi yang jauh melampaui target mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini.
Sektor-sektor utama seperti pertanian, manufaktur, dan perdagangan mengalami perlambatan, sementara sektor-sektor yang lebih kecil seperti transportasi, pertambangan, dan listrik menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Risiko eksternal berasal dari ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi China, dan fluktuasi harga komoditas, yang memengaruhi surplus perdagangan Indonesia dan investasi asing.
Konsumsi rumah tangga melambat menjadi 4,83% pada kuartal IV-2023 karena meningkatnya biaya akibat dampak El Niño dan kenaikan suku bunga, menunjukkan penurunan daya beli.
Investasi pada kuartal I-2024 menunjukkan pertumbuhan yang kuat, mencapai Rp401,5 triliun, dengan investasi langsung asing (FDI) menyumbang lebih dari setengah dari total.
Rupiah terdepresiasi sebesar 2,96% (ytd) pada akhir Maret 2024, didorong oleh aliran keluar modal dan tekanan dari ketidakpastian keuangan global, yang berdampak pada stabilitas eksternal Indonesia.
(SLF)