ECONOMICS

Jokowi Sambangi Beijing, Simak Hubungan Perdagangan Indonesia dan China

Melati Kristina - Riset 26/07/2022 16:39 WIB

Menilik kunjungan Jokowi ke China, lantas, bagaimana kondisi ekonomi RRC dan hubungan dagang RI-China akhir-akhir ini?

Jokowi Sambangi Beijing, Simak Hubungan Perdagangan Indonesia dan China. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama delegasi tiba di Beijing Capital International Airport, Beijing, Republik Rakyat China (RRC) pada Senin (25/7/2022) malam waktu Beijing. Jokowi dijadwalkan akan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri dan Presiden RRC.

Jokowi berada di Beijing pada pekan ini atas undangan Xi dalam rangka “bertukar pandangan mendalam” berdasarkan pernyataan pemerintah China yang dilansir dari Reuters.

Menilik kunjungan Jokowi ke China, lantas, bagaimana kondisi ekonomi RRC dan hubungan dagang RI-China akhir-akhir ini?

Ada Lockdown, Ekonomi China Lesu

Perekonomian China tercatat lesu di kuartal kedua tahun ini. Adapun pertumbuhannya pada periode ini hanya sebesar 0,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Ini menjadi kinerja terburuk dalam dua tahun belakangan.

Padahal, sebagaimana dilansir dari Biro Statistik Nasional China, perekonomian negeri Tirai Bambu ini masih mampu tumbuh 4,8 persen di kuartal I-2022

Anjloknya perekonomian China terjadi di tengah penerapan kebijakan lockdown guna mencegah penyebaran Covid-19.

Adapun menurut data worldometer, kasus baru harian di China paling tinggi terjadi pada 29 April 2022, yakni mencapai 5,6 ribu kasus. Di periode yang sama, kasus aktif Covid-19 di China melonjak hingga 28,3 ribu kasus.

Walaupun sempat mereda, kasus Covid-19 di China kembali naik hingga menyentuh lebih dari 1.000 kasus aktif pada 10 Juli 2022 lalu. Per Senin (25/7), kasus aktif Covid-19 di China mencapai 1,77 ribu kasus.

Meski perekonomian China sedang lesu, kegiatan ekspor dan impor dari Tanah Air ke negara ini masih dapat bertumbuh. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, China menjadi tujuan ekspor utama nonmigas pada bulan Juni 2022, yakni mencapai USD5,09 miliar.

Dibanding bulan lalu, nilai ekspor nonmigas ke China tumbuh 10,90 persen dibanding bulan lalu. Sementara sepanjang Januari hingga Juni tahun ini, China tetap menjadi negara tujuan terbesar dengan nilai ekspor mencapai USD27,90 miliar atau menyumbang 20,92 persen terhadap total ekspor.

Adapun komoditas utama yang diekspor ke China di periode ini adalah besi/baja, batu bara, dan lignit.

Selain itu, China juga memiliki peran strategis dalam impor Tanah Air. Adapun per Juni 2022, nilai impor dari negeri Tirai Bambu ini mencapai USD6,11 miliar atau meningkat hingga 28,97 persen secara yoy.

Sementara dibanding bulan lalu, nilai impor China meningkat sebanyak USD1,04 miliar di bulan Juni 2022.

Data BPS juga menunjukkan, China memiliki kontribusi tertinggi dalam sektor impor nonmigas sepanjang Januari-Juni 2022, yakni mencapai 33,17 persen terhadap segmen ini. Adapun total impor nonmigas di periode tersebut mencapai USD32,08 miliar.

Perdagangan Indonesia dengan China Tumbuh Melesat Pada 2021

Tak hanya tumbuh positif di tengah pelemahan ekonomi China, perdagangan antara Indonesia dengan negeri Tirai Bambu ini sudah tumbuh melesat sejak tahun 2021 lalu.

Menurut data Kepabeanan China yang dilansir dari rilis Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu), total nilai perdagangan Indonesia dengan China di tahun 2021 mencapai USD124,34 miliar atau tumbuh 58,43 persen secara yoy.

Sementara Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat China, Djauhari Oratmangun, mengungkapkan, peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor ke China dibanding negara anggota ASEAN lainnya terus meningkat.

“Sebelumnya, Indonesia berada di posisi ke-5 pada tahun 2019. Kemudian naik di posisi ke-4 pada tahun 2020, dan tahun 2021 meningkat lagi menjadi peringkat ke-3,” ujar Dubes Djauhari, dikutip dalam siaran pers Kemenlu, Rabu (13/4).

Dubes Djauhari juga menjelaskan, prestasi ini atas kerja keras seluruh eksportir Indonesia serta tak lepas dari kontribusi Kementerian Perdagangan dan lembaga terkait serta KBRI Beijing yang mencari terobosan akses pasar produk Indonesia di China.

Sementara berdasarkan pangkalan data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), nilai perdagangan barang antara Indonesia dan China mencapai USD110 miliar pada tahun 2021. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 1989.

Melesatnya perdagangan antara kedua negara ini disebabkan karena keberhasilan China dalam bangkit lebih awal dari pandemi Covid-19. Selain itu, tumbuh pesatnya perdagangan barang antara Indonesia dan China juga turut didukung oleh peningkatan harga komoditas.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

SHARE