Jokowi Wanti-Wanti, Jangan Ada Ekspor Paksa
Komoditas, hasil olahan sampai barang mentah harus diprioritaskan demi kebutuhan domestik.
IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan, jangan ada kasus ekspor paksa. Ia menjelaskan, meski beberapa negara lain melakukan hal tersebut kepada Indonesia. Komoditas, hasil olahan sampai barang mentah harus diprioritaskan demi kebutuhan domestik.
"Hati-hati. Dulu jaman VOC, jaman kompeni, itu ada yg namanya kerja paksa ada yg namanya tanam paksa. Jaman modern ini muncul lagi, ekspor paksa. Ekspor paksa. Kita dipaksa untuk ekspor. Lho ini barang kita kok," kata Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (2/12/2022).
Jokowi menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus membangun sebuah ekosistem besar sehingga negara lain bergantung. Hal tersebut didukung dengan dimilikinya nikel, tembaga, bauksit hingga timah.
"Memang sudah saya sampaikan kemarin kita kalah (WTO). Tapi apakah kita langsung pengen berhenti saja, oh ndak.M Saya sampaikan kepada menteri banding urusan nikel. Karena ini ceritanya belum rampung kalau kita berhenti," kata dia.
Ekosistem besar kata Jokowi, seperti negara Taiwan dengan produksi chipnya dan Korea dengan produksi komponen digitalnya. Kedua hal itu membuat negara-negara maju ketergantungan dengan Taiwan dan Korea.
"Ya ekosistem besar yg kita impikan ini ga akan muncul, seperti chip seperti komponen digital tadi. Ekosistem besar, karena sekali lagi nikel itu kita nomor, reserved kita nomor 1. Timah nomor 2. Bauksit nomor 6, tembaga nomor 7 dunia. Punya semuanya," kata Jokowi.
Oleh karena itu, kata Jokowi, dengan bahan mentah yang dimiliki akan difokuskan untuk membuat EV baterai. Dan direncanakan akan membeli lithium dari Australia.
"Saya kemarin sudah sampaikan ke PM Albanese, Australia punya lithium, kita boleh beli dong dari Australia. Terbuka silahkan. Tapi ternyata dari kita sudah ada yg punya tambang di sana. Ini strategis, bener melakukan intervensi seperti itu. Sehingga ekosistem besar yg ingin kita bangun, jadi," ungkapnya.
(SLF)