ECONOMICS

Kadin Nilai Postur RAPBN 2026 Cukup Realistis, Dukung Penurunan Defisit dan Utang

Anggie Ariesta 19/08/2025 04:16 WIB

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie menilai asumsi makroekonomi dalam RAPBN 2026 cukup realistis di tengah gejolak global.

Kadin Nilai Postur RAPBN 2026 Cukup Realistis, Dukung Penurunan Defisit dan Utang. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menilai asumsi makroekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 cukup realistis di tengah gejolak global.

Pertumbuhan ekonomi 2026 ditargetkan mencapai 5,4 persen, inflasi 2,5 persen, suku bunga SBN di kisaran 6,9 persen, dan nilai tukar di kisaran Rp16.500 per USD.

"Dalam kondisi global, gejolak geopolitik, lomba persenjataan, dan perang tarif, target pertumbuhan (ekonomi) 5,4 persen cukup realistis," ujar Anindya dalam keterangannya, Senin (18/8/2025).

Anindya mengapresiasi postur RAPBN 2026 yang dinilainya mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga kredibilitas fiskal. Belanja negara dialokasikan sebesar Rp3.786,5 triliun, naik 7,3 persen dari perkiraan realisasi 2025.

Sementara itu, pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp3.147,7 triliun, naik 9,8 persen. Defisit APBN dirancang sebesar Rp638,8 triliun atau 2,48 persen dari PDB.

Anindya juga mengapresiasi target pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti penurunan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,44-4,96 persen, penurunan tingkat kemiskinan menjadi 6,5-7,5 persen, dan rasio Gini menjadi 0,377-0,380, serta peningkatan Indeks Kesejahteraan Petani dan penciptaan lapangan kerja formal.

Anindya juga menyoroti target penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2026 sebesar Rp2.692 triliun, naik 12,8 persen dari perkiraan realisasi 2025. Namun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) justru turun 4,7 persen menjadi Rp455 triliun.

Kemudian yang paling menarik, kata dia, adalah target penurunan utang baru. Pembiayaan pada RAPBN 2026 sebesar Rp638,8 triliun, turun 3,8 persen.

"Ini sesuai tekad Presiden Prabowo untuk mulai menurunkan posisi utang publik hingga nol persen," kata Anindya.

Defisit dalam RAPBN 2026 yang lebih rendah juga dirancang dengan mempertimbangkan peran Danantara dan swasta yang akan semakin didorong untuk menopang investasi dalam negeri.

(Dhera Arizona)

SHARE