Kalender Ekonomi Pekan Depan: FOMC The Fed, Negosiasi Dagang, hingga Rilis PMI Manufaktur Global
Pekan terakhir Juli 2025 menjadi fase krusial dengan sederet agenda ekonomi, baik dari global maupun domestik.
IDXChannel - Pekan terakhir Juli 2025 menjadi fase krusial dengan sederet agenda ekonomi, baik dari global maupun domestik.
Melansir S&P Global, banyak agenda yang akan dicermati pelaku pasar, salah satunya pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang dijadwalkan pada 29 dan 30 Juli 2025.
Selain itu, negosiasi dagang lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Stockholm, Swedia, yang dijadwalkan pada 28 dan 29 Juli 2025.
Kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Skotlandia pada 25 sampai 29 Juli 2025 juga akan menjadi sorotan.
Kunjungan Trump ke Skotlandia diharapkan menunjang negosiasi lanjutan antara AS dengan Inggris, salah satunya harapan dicabutnya tarif 25 persen atas baja dan aluminium asal Inggris, di mana negara-negara lain dikenakan bea sebesar 50 persen.
Dari kawasan Asia, pelaku pasar juga akan mencermati rapat kebijakan moneter Bank Sentral Jepang/Bank of Japan (BoJ) yang dijadwalkan berlangsung pada 30–31 Juli 2025, dan pengumuman hasil keputusan suku bunga serta proyeksi ekonomi (Outlook Report) akan dirilis pada 31 Juli 2025.
Pejabat di bank sentral melihat ada kemungkinan untuk mempertimbangkan kembali kenaikan suku bunga tahun ini setelah Jepang dan AS mencapai kesepakatan dagang.
Sementara itu, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Global untuk Juli akan dirilis pada 1 Agustus 2025, yang akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi sektor manufaktur dunia pasca perkembangan terakhir terkait tarif dan rantai pasok.
Adapun PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global tercatat sebesar 46,9 pada Juni 2025, turun dari 47,4 pada Mei 2025. Sebagai informasi, level PMI Manufaktur di bawah batas 50 menunjukkan fase kontraksi.
Pada pekan depan, Kementerian Perindustrian juga akan merilis data Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli yang menjadi ukuran yang menggambarkan optimism atau keyakinan pelaku industri terhadap kondisi perekonomian.
(NIA DEVIYANA)