Kasus Omicron Lampaui Delta, Stok Obat Aman?
Kasus harian covid-19 varian Omicron telah melampau rekor kasus delta. Hal ini memicu kekhawatiran akan ketersediaan obat di Indonesia.
IDXChannel - Kasus harian covid-19 varian Omicron telah melampau rekor kasus delta. Hal ini memicu kekhawatiran akan ketersediaan obat di Indonesia.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia (GPFI), Tirto Kusnadi menyampaikan bahwa selama penanganan pandemi, perusahaan farmasi komitmennya menjamin ketersediaan obat-obatan dan vitamin secara nasional.
Sejauh ini, GPFI menjaga ketersediaan obat dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19. Dengan melibatkan lebih dari 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat.
"Minggu terakhir terjangkitnya sudah melebihi varian sebelumnya (Delta), sehingga kami belum menyediakan. Tapi kali ini saat Omicron tercukupi dan sampai ini belum terdengar kurang, Kita tersedia cukup," ujar Tirto Kusnadi dalam konferensi pers, Jumat (25/2/2022)
Sementara, dari sisi distribusi lebih dari 1.600 pedagang besar farmasi dengan 600 cabang di seluruh Indonesia. Telah menyalurkan obat-obatan kepada lebih dari 15.000 klinik dan Puskesmas, 3.000 Rumah Sakit, lebih dari 17.000 apotik, sekitar 5.000 toko obat dan retailer lainnya.
Dia menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada keluhan terkai obat-obatan Covid-19. Pihaknya menjamin kalau obat dan semacamnya untuk Covid-19, seperti vitamin, mineral,dll aman karena tersedia di Indonesia.
"Namun hingga saat ini tidak ada keluhan masyarakat tentang kekosongan obat, ditengah derasnya peningkatan kebutuhan obat. Hal ini membuktikan bahwa industri farmasi nasional telah mencapai level kemandirian dan wilayah tempat tinggal," jelasnya
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Industri GP Farmasi Indonesia mengatakan bahwa soal penimbunan obat atau dikenal mafia obat, memastikan tidak ada. Menurutnya tindakan tersebut dapat diantisipasi karena adanya pengawalan atau kontrol dari lembaga-lembaga yang berkerjasama dengan pihaknya (Kementerian Kesehatan dan BPOM).
"Kami ini dkontrol ketat bukan hanya tahunan, bulanan bahkan mingguan. Sehingga kami merasa agak aneh, sebab ditengah kami diawasi 2 lembaga tersebut," kata Roy Lembong. (RAMA)