Kebijakan Holistik Dibutuhkan untuk Tingkatkan Penggunaan Bioetanol
Pengembangan bioetanol untuk campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin perlu dukungan kebijakan holistik karena melibatkan sejumlah stakeholders.
IDXChannel – Pengembangan bioetanol untuk campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin perlu dukungan kebijakan holistik karena melibatkan sejumlah stakeholders. Regulasi yang tepat dan menyeluruh diyakini bakal membantu akselerasi penerapan bioetanol agar lebih masif di masyarakat.
Sesuai dengan peta jalan bioetanol pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 40/2023, target penyediaan bioetanol nasional mencapai 1,2 juta kiloliter (KL) per tahun pada 2030. Sementara, tingkat kapasitas produksi bioetanol fuel grade saat ini baru mencapai 63 ribu KL per tahun.
Dengan demikian, terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan yang akan semakin besar seiring dengan meningkatnya proyeksi penggunaan BBM dengan campuran bioetanol.
Saat ini, penggunaan campuran bioetanol pada BBM baru 5 persen pada Pertamax Green 95 yang diluncurkan tahun lalu oleh PT Pertamina Patra Niaga. BBM jenis ini sudah tersedia di 101 SPBU di Jabodetabek dan Surabaya.
“Kalau melihat proyeksi kebutuhan, ini sangat jauh dari produksi etanol yang dihasilkan di dalam negeri. Sehingga, perlu sumber-sumber lain untuk diversifikasi bahan baku bioetanol, bukan hanya bahan dari molase (tebu), tapi bisa juga dari jagung atau singkong,” kata Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman saat diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Dia menambahkan, perlu waktu lama untuk mengembangkan BBM alternatif dari bioethanol. Hal ini akibat keterbatasan bahan baku karena harus bersaing dengan kebutuhan pangan yang diperkukan sehari-hari. Apalagi belakangan ini, salah satu bahan bioetanol yakni molase merupakan komoditas perdagangan yang laku di luar negeri.
Selain itu, untuk mengakselerasi bioetanol diperlukan mandat khusus seperti saat mengimplementasikan biodiesel yang berasal dari bahan baku minyak sawit.
Upaya Pertamina dalam menyediakan bioetanol yang saat ini sedang berjalan adalan bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) untuk membangun pabrik bioetanol berbasis molase di Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur. Pabrik tersebut nantinya akan memiliki kapasitas 30 ribu KL per tahun.
Dalam peta jalannya, Pertamina NRE juga memiliki rencana-rencana pengembangan bioetanol baik secara organik maupun anorganik melalui diversifikasi beragam sumber bahan baku.
Selain itu, Pertamina juga sudah melakukan berbagai kajian dan pemetaan lokasi untuk pengembangan bahan baku di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan.
(Dhera Arizona)