Kehadiran Starlink Ancam Industri Telekomunikasi Lokal?
Penyedia layanan internet satelit milik bos Tesla, Elon Musk, Starlink, digadang-gadang akan masuk ke Tanah Air.
IDXChannel - Penyedia layanan internet satelit milik bos Tesla, Elon Musk, Starlink, digadang-gadang akan masuk ke Tanah Air.
Kabar ini adalah buntut dari diskusi Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin yang bertemu bos X tersebut untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Starlink.
Starlink disebut akan menyediakan akses internet di Puskesmas yang terletak di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Menteri berencana menyediakan akses internet yang lebih terjangkau untuk hampir 3.000 puskesmas dengan konektivitas internet yang buruk atau tanpa akses internet sama sekali.
Ancaman Industri Telekomunikasi Lokal?
Sayangnya, persaingan Starlink untuk memasuki pasar RI nampaknya masih menghadapi jalan terjal. Pasalnya, eksistensi perusahaan telekomunikasi bisa saja terancam.
Hal ini tersirat dari pernyataan Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia yang mengatakan jika Starlink milik Elon Musk harus bermitra dengan operator telekomunikasi dalam negeri agar bisa memberikan layanan di Tanah Air.
Selain raksasa milik negara Telkom, beberapa perusahaan telekomunikasi Indonesia di antaranya seperti Indosat, XL Axiata, dan Smartfren. (Lihat tabel di bawah ini.)
Menurut Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, dikutip Bisnis Indonesia, persyaratan ini sejalan dengan peraturan daerah yang menyatakan bahwa perusahaan telekomunikasi asing tidak dapat langsung melayani pelanggan di Indonesia.
Ia mengilustrasikannya dengan mengutip kemitraan yang sudah terjalin antara penyedia hiburan terkemuka seperti HBO dan CNN dengan operator lokal seperti Indovision dan Transvision.
Hanya melalui kolaborasi seperti itulah konten dari pemain asing dapat diakses oleh pelanggan lokal.
Mengutip Tech in Asia, akhir-akhir ini Starlink dipandang oleh para pemain lokal sebagai potensi ancaman terhadap industri telekomunikasi dalam negeri.
Kehadiran Starlink dikhawatirkan akan menimbulkan lapangan bermain yang tidak seimbang.
Sebelum memulai operasinya pada 2021, Starlink telah menerima hibah hampir USD900 juta dari Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (AS).
Hingga saat ini, Starlink telah meluncurkan sekitar 5.000 satelit. Adapun layanan Starlink dikenakan biaya sekitar USD200 per bulan, bersama dengan biaya peralatan untuk penerima sinyal mencapai USD599.
Saat negosiasi dengan Elon Musk, Menteri Kesehatan RI mengusulkan penurunan harga layanan internet Starlink menjadi sekitar USD50.
Buruknya Kecepatan Internet RI
Lagu lama penjegalan asing oleh pemerintah RI ini sayangnya tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas layanan internet di Indonesia. Terutama soal kecepatan internet dan pemerataan penyediaan layanan.
Terlebih, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di awal Mei lalu, sektor informasi dan telekomunikasi pada triwulan I-2023, tumbuh melambat ke level 7,19 persen secara tahunan.
Hal ini menjadi alarm bagi ekosistem industri teknologi digital justru malah tumbuh tinggi saat pandemi Covid-19.
Sementara itu, menurut laporan Speedtest Global Index dari Ookla Juli 2023, Indonesia berada di urutan ke 96 untuk mobile dan fixed broadband berada di peringkat 122.
Kecepatan download pada internet mobile di Indonesia hanya mencapai 24,21 Mbps, upload 13,38 Mbps dan latensi 27 ms.
Sementara kecepatan kecepatan unduh (download) fixed broadband mencapai 27,11 mbps, upload 14,69 mbps, dan latensi 7 ms. Adapun kecepatan download dan latensi masing-masing operator di Indonesia juga masih terbilang kecil. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sebagai perbandingan, median kecepatan download internet seluler secara global mencapai 42,92 Mbps pada kuartal II 2023.
Dalam periode tersebut, negara yang memiliki kecepatan unduh tertinggi adalah Uni Emirat Arab (UEA), dengan median 200,24 Mbps.
Jika merujuk perbandingan tersebut, Indonesia kalah telak soal kecepatan internet global. Sementara urgensi kehadiran internet cepat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan layanan kesehatan di wilayah-wilayah terpencil Nusantara.
Adapun Starlink sendiri memiliki kecepatan tinggi di berbagai negara wilayah operasionalnya. Sebagai contoh Starlink di Kanada memiliki kecepatan download mencapai 93,97 Mbps, upload 9,60 Mbps, dan latensi 70 ms pada Q1 2023.
Di AS, Starlink memiliki kecepatan download 66,59 Mbps, upload 7,74 Mbps, dan latensi 62 ms. Sementara Meksiko kecepatan download Starlink adalah 56,42 Mbps, 8,47 Mbps untuk upload, dan latensi 97 ms.
Starlink juga telah tersedia di Fillipina dengan kecepatan download 110,78 Mbps, upload 13,69 Mbps, dan latensi 162 Ms pada periode yang sama. (ADF)