ECONOMICS

Kemenkes Soroti Stunting pada Bayi 6-23 Bulan , Dorong MPASI Jadi Solusi

Chindy Aprilia 28/01/2024 14:07 WIB

Kemenkes mencatat adanya lonjakan stunting pada bayi usia enam hingga dua tahun. Kemenkes pun mendorong MPASI sebagai solusinya.

Kemenkes Soroti Peningkatan Stunting, Dorong MPASI Jadi Solusi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional pada 25 Januari setiap tahunnya. Pada kali ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengusung tema “MPASI Kaya Protein Hewani”.

Menyikapi hal tersebut, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, Lovely Daisy, mengatakan salah satu fase yang paling penting untuk mencegah stunting pada balita yaitu setelah masa kelahiran, terutama saat bayi berusia 6-11 bulan dan 12-23 bulan.

Sebab, pada fase ini, terjadi lonjakan stunting hingga 1,6 kali lipat yakni 13,7 persen saat anak berusia 6-11 bulan dan 22,4 persen saat anak berusia 12-23 bulan. Untuk itu, Lovely berpendapat penurunan stunting dapat dilakukan saat bayi berada pada usia enam bulan ini atau dapat dikatakan ketika sudah dimulainya MPASI.

“Saat usia enam bulan ini, saatnya bayi mendapatkan Makanan Pendamping ASI. Karena ASI saja sudah tidak cukup. Jadi, MPASI ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi-bayi kita,” kata Lovely, dikutip dalam keterangan resmi Kemenkes, Minggu (28/1/2024).

Lovely pun menekankan, salah satu gizi yang harus ada dalam pemberian MPASI adalah protein hewani seperti daging, ikan, ayam, dan telur. Karena selain memiliki kandungan yang lengkap, protein hewani juga menjadi penting dalam mendukung tumbuh kembang anak.

“Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap yang dapat membantu untuk pertumbuhan,” ucap Lovely.

Hal ini diperkuat dengan riset di 49 negara pada 130.432 anak berusia 6-23 bulan yang menunjukkan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein dan hewani. Penelitian lain juga menunjukkan konsumsi protein hewani yang beragam terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya stunting, dibandingkan dengan anak yang hanya konsumsi satu jenis makanan sumber protein hewani saja.

Selain itu, riset di Jakarta Pusat, DKI Jakarta juga menunjukkan bahwa pola konsumsi pada anak usia 25-30 bulan baik yang berstatus stunting maupun normal menemukan bahwa anak yang mengonsumsi makanan rendah energi dan protein memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting.

“Di sini, yang penting adalah konsumsi makanannya harus diperhatikan, mencukupi kebutuhan untuk mendukung pertumbuhannya,” ujarnya.

(FRI)

SHARE