Kementerian Sebut Harga Pertalite Bisa Saja Turun, Ini Syaratnya
Saat ini, pertalite dijual dengan harga Rp10 ribu per liter usai mengalami kenaikan di awal September 2022.
IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi pertanda harga bahan bakar minyak alias BBM jenis Pertalite bisa turun harga. Namun, ada syaratnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan harga bahan bakar minyak BBM jenis pertalite bisa turun jika harga minyak dunia menurun drastis.
"Pertalite itu kan harganya memang subsidi dan di bawah harga keekonomian, masih jauh dari harga keekonomiannya. Kalau harga minyak turun banget bisa saja (harga Pertalite turun)," ujar Tutuka dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kebijakan Satu Peta di Hotel Borobudur, Jakarta Selasa (4/10/2022).
Namun, Tutuka tidak menjelaskan berapa tolok ukur penurunan harga minyak dunia agar pertalite bisa turun harga.
Saat ini, pertalite dijual dengan harga Rp10 ribu per liter usai mengalami kenaikan di awal September 2022. Sebelumnya, pertalite dijual seharga Rp7.650 per liter.
Sementara itu, pertamax yang sempat naik harga ke Rp14.500 kembali turun sejak 1 Oktober ke angka Rp13.900.
Adapun harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena ekspektasi OPEC+ mungkin menyetujui pengurangan besar produksi minyak mentah pada pertemuannya, Rabu (5/10/2022) mengimbangi kekhawatiran tentang ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 46 sen atau 0,5%, menjadi diperdagangkan di USD89,32 per barel pada pukul 06.29 GMT, setelah melonjak lebih dari 4,0% di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 30 sen atau 0,4%, menjadi diperdagangkan di USD83,93 per barel. WTI melambung lebih dari 5,0 persen di sesi sebelumnya, kenaikan harian terbesar sejak Mei.
Harga minyak menguat pada Senin (3/10/2022) di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan. Investor memperkirakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari (bph) pada pertemuan langsung pertama mereka pada Rabu (5/10/2022). (NIA)