ECONOMICS

Kemesraan RI-China di Era Jokowi, Hubungan Dagang hingga Investasi

Maulina Ulfa - Riset 18/10/2023 12:32 WIB

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) China Li Qiang yang digelar di Diaoyutai State House, Beijing.

Kemesraan RI-China di Era Jokowi, Hubungan Dagang hingga Investasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) China Li Qiang yang digelar di Diaoyutai State House, Beijing, pada Selasa (17/10/2023).

Dalam pertemuan tersebut, Jokowi mengapresiasi kemitraan strategis komprehensif antara Indonesia-China yang berkembang sangat baik dalam 10 tahun terakhir.

"China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dan China juga menjadi investor terbesar kedua Indonesia," kata Jokowi dalam keterangannya.

Melihat hal tersebut, Jokowi menilai kerja sama antarkedua negara ini dapat turut menguatkan kerja sama regional dan internasional dengan perdamaian dan stabilitas menjadi kunci utamanya.

Selain itu, Presiden juga turut menyampaikan sejumlah kerja sama Indonesia-China dalam beberapa bidang, antara lain dalam bidang investasi dan infrastruktur, salah satunya di Ibu Kota Nusantara (IKN).

"Saya mengapresiasi kerja sama design planning antara Otoritas Ibu Kota Nusantara dan Shenzen, serta minat swasta China di Ibu Kota Nusantara untuk di bidang perumahan dan kesehatan," ucapnya.

Lebih lanjut, Jokowi meminta dukungan PM Li Qiang untuk mendorong percepatan realisasi investasi China di IKN. Di samping itu, juga meminta dukungan atas rencana penandatanganan MoU untuk pembangunan kawasan industri hijau di Kalimantan Utara serta realisasi proyek tenaga angin dan tenaga surya.

Dalam bidang perdagangan, Kepala Negara menyampaikan kepada PM Li Qiang untuk juga mendukung perluasan akses pangan hingga produk pertanian dan perikanan Indonesia di China.

Investasi China di RI Satu Dekade Terakhir

China merupakan investor terbesar kedua di Indonesia pada 2022, satu peringkat di bawah Singapura. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Negeri Tirai Bambu ke RI mencapai USD5,18 miliar pada 2022.

Angka itu melonjak 64 persen dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sejak 2012, investasi China telah meningkat 3.604 persen di mana pada tahun tersebut angkanya masih USD140,97 juta. (Lihat tabel di bawah ini.)

Lonjakan pertama investasi China terjadi pada 2016. Peningkatan drastis juga terjadi pada 2019 seperti terlihat pada grafik.

Adapun pada 2022 China tercatat memiliki 1.584 proyek investasi di Indonesia, turun dari 2021 yang sebanyak 1.806 proyek. Di bawah China, ada Hong Kong, Jepang, dan Malaysia yang juga tergolong sebagai investor terbesar di Indonesia.

Ekspor-Impor China RI

Hubungan perdagangan RI dengan China memang semakin lekat dari tahun ke tahun. Ini terlihat dari kinerja ekspor impor kedua negara yang tampak terjalin dengan erat.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 nilai ekspor Indonesia mencapai USD291,98 miliar, rekor tertinggi sejak 2012.

Mayoritas atau sekitar 94,51 persen nilai ekspor nasional pada 2022 berasal dari ekspor nonmigas, seperti ekspor pertanian/kehutanan/perikanan, industri pengolahan, komoditas tambang logam/mineral, dan lain-lainnya.

Tahun lalu, China menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada 2022 dengan nilai mencapai USD65,8 miliar.

Laporan BPS juga menyebutkan, China menjadi negara ekspor nonmigas produk-produk RI sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun, China menjadi langganan ekspor terbesar RI yang mencapai USD5,25 miliar.

Memasuki bulan September, China masih menjadi negara tujuan ekspor RI terbesar dengan nilai mencapai USD5,17 miliar.

Di sisi impor, China juga masih menjadi pemasok utama barang-barang impor RI. Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari–September 2023 adalah China sebesar USD45,68 miliar (32,92 persen), Jepang USD12,36 miliar (8,91 persen), dan Thailand USD7,71 miliar (5,55 persen).

Tantangan Hubungan Dagang RI-China

Kondisi perekonomian China yang masih berjuang menjadi tantangan bagi kerja sama RI dengan negeri Tirai Bambu.

Beberapa yang perlu diwaspadai adalah kondisi di China terkait krisis properti yang berkepanjangan, ketidakpastian mengenai lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga, serta lemahnya kepercayaan diri sektor swasta yang mengancam pemulihan di China.

Beijing dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan serangkaian stimulus, termasuk peningkatan angaran pekerjaan umum, pemotongan suku bunga, pelonggaran peraturan di sektor properti, dan dukungan untuk  sektor swasta.

Selain itu, sejumlah proyek jumbo China di Indonesia, seperti proyek nikel dan kereta cepat memerlukan evaluasi menyeluruh.

Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal III-2023. Produk domestik bruto (PDB) berekspansi sebesar 4,9 persen selama Juli-September.

Dilansir dari Reuters pada Rabu (18/10/2023), para analis sebelumnya memperkirakan ekonomi China hanya tumbuh 4,4 persen pada triwulan lalu.

Secara kuartalan, PDB China tumbuh 1,3 persen pada kuartal III-2023, meningkat dari 0,5 persen di triwulan sebelumnya dan melampaui 1,0 persen yang diperkirakan para analis.

Produksi industri pada September tumbuh 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih kuat dari perkiraaan. Para analis sebelumnya memperkirakan kenaikan 4,3 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel juga melampaui ekspektasi, naik 5,5 persen bulan lalu. Para analis sempat memperkirakan penjualan ritel hanya akan tumbuh 4,9 persen. (ADF)

SHARE