Kenaikan Harga Minyak Global Diprediksi Tak Berpengaruh Signifikan pada Inflasi
Meskipun terjadi kenaikan harga minyak global, hal ini kemungkinan tidak akan menyebabkan inflasi lebih tinggi dalam waktu dekat.
IDXChannel - Ekonom Senior Bank DBS Radhika Rao mengatakan peningkatan harga komoditas non-minyak (batubara, kelapa sawit, dan lainnya) di tingkat global menguntungkan bagi perdagangan dan pendapatan fiskal Indonesia.
Sedangkan dampak dari kenaikan harga minyak justru menjadi perhatian pasar dalam negeri mengingat Indonesia adalah importir bersih minyak.
"Kenaikan harga global memberikan kesempatan bagi produsen lokal untuk meningkatkan produksi, meningkatkan pendapatan, keuntungan, dan berarti pengumpulan pendapatan lebih tinggi – pendapatan Januari-Agustus 2021 dari operasi hulu telah melampaui target," katanya dalam sebuah riset kepada MNC Portal, Senin (1/11/2021).
Radhika mencermati bahwa tingkat inflasi konsumen berada di bawah target dari regulator Bank Indonesia.
Diketahui, inflasi indeks harga konsumen (IHK) Januari-September memiliki rata-rata 1,5% yoy, di bawah target Bank Indonesia, sebesar 2-4%, dengan sub-indeks utama, yaitu inflasi inti (bobot 65,5%), inflasi barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (18%), dan komponen energi pada jalur bersahabat - lihat grafik.
Sementara utilitas melalui komponen “Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Lain” memiliki bobot 5,8 poin persentase (pp), dan di kolom transportasi rendah sebesar 2,6 pp.
"Meskipun terjadi kenaikan harga minyak global, hal ini kemungkinan tidak akan menyebabkan inflasi lebih tinggi dalam waktu dekat," tuturnya.
Adapun analisanya mengacu pada beberapa faktor yaitu pertama kenaikan harga beberapa jenis bahan bakar di bawah RON92, stabilnya tarif listrik, dan adanya perjanjian pengadaan tetap di pasar domestik di mana penjualan 25 persen pasokan harus dijual di dala negeri. (TIA)