ECONOMICS

Kepala Ekonom Moody's Sebut AS di Ambang Resesi, Ini Penjelasannya

Wahyu Dwi Anggoro 04/08/2025 17:17 WIB

Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi mengatakan, data ekonomi terbaru menunjukkan Amerika Serikat (AS) berada di ambang resesi.

Kepala Ekonom Moody's Sebut AS di Ambang Resesi, Ini Penjelasannya. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi mengatakan, data ekonomi terbaru menunjukkan Amerika Serikat (AS) berada di ambang resesi.

Dilansir dari Fortune pada Senin (4/8/2025), tidak hanya pasar tenaga kerja yang melemah, tetapi belanja konsumen juga stagnan, sementara sektor konstruksi dan manufaktur menyusut. Selain itu, Federal Reserve (The Fed) akan kesulitan memulihkan pertumbuhan karena inflasi masih di atas targetnya.

Setelah berbulan-bulan tampak sangat tangguh menghadapi kebijakan tarif Presiden Donald Trump, prospek ekonomi AS tiba-tiba berubah suram.

"Ekonomi berada di ambang resesi. Itulah inti sari yang jelas dari data ekonomi minggu lalu," kata Zandi dalam serangkaian unggahan di X.

"Pengeluaran konsumen stagnan, sektor konstruksi dan manufaktur berkontraksi, dan lapangan kerja diperkirakan akan turun. Dan dengan inflasi yang meningkat, sulit bagi The Fed untuk menjadi penyelamat," ujarnya.

Jumlah penggajian non-pertanian hanya tumbuh 73.000 pekerjaan bulan lalu, jauh di bawah perkiraan sekitar 100.000. Sementara itu, angka pada Mei 2025 direvisi turun dari 144.000 menjadi 19.000, dan angka pada Juni 2025 dipangkas dari 147.000 menjadi hanya 14.000, yang berarti kenaikan rata-rata selama tiga bulan terakhir hanya 35.000.

Meskipun Trump mengklaim tanpa data tenaga kerja dimanipulasi dan memecat kepala lembaga yang menyusun laporan tersebut, Zandi mencatat data sering kali mengalami revisi besar ketika ekonomi berada di titik kritis, seperti resesi.

Laporan lainnya juga mengisyaratkan tanda-tanda pelemahan. Produk domestik bruto (PDB) tumbuh lebih kuat dari yang diperkirakan pada kuartal II-2025, tetapi metrik yang mengabaikan dampak perdagangan luar negeri dan berfokus pada permintaan domestik menunjukkan perlambatan.

Laporan pengeluaran konsumsi pribadi menunjukkan inflasi inti meningkat menjadi 2,8 persen, jauh di atas target The Fed. Para pembuat kebijakan The Fed menunda pemotongan suku bunga karena mereka menunggu dampak tarif terhadap inflasi.

Untuk saat ini, proyeksi PDB The Fed Atlanta menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan, meskipun diperkirakan akan melambat menjadi 2,1 persen pada kuartal ketiga dari tiga persen pada kuartal kedua. Tingkat pengangguran hampir tidak berubah, berfluktuasi di sekitar empat persen selama lebih dari setahun.

Namun Zandi mengatakan, tingkat pengangguran masih rendah karena jumlah angkatan kerja yang stagnan. Hal ini terjadi karena angkatan kerja kelahiran luar negeri telah anjlok sebesar 1,2 juta dalam enam bulan terakhir di tengah kebijakan imigrasi ketat Trump, sementara tingkat partisipasi angkatan kerja secara keseluruhan telah menurun.

"Bukan misteri mengapa ekonomi sedang berjuang; salahkan peningkatan tarif AS dan kebijakan imigrasi yang sangat ketat," kata Zandi.

 "Tarif semakin memangkas keuntungan perusahaan-perusahaan Amerika dan daya beli rumah tangga Amerika. Lebih sedikit pekerja imigran berarti ekonomi yang lebih kecil," ujarnya. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE