ECONOMICS

Ketegangan Geopolitik dan AI Dikhawatirkan Memperlambat Ekonomi Global

20/01/2024 05:00 WIB

Perselisihan geopolitik dan kondisi pendanaan yang ketat akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Ketegangan Geopolitik dan AI Dikhawatirkan Memperlambat Ekonomi Global. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Perselisihan geopolitik dan kondisi pendanaan yang ketat akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Sementara kecerdasan buatan (AI) akan meningkatkan kesenjangan, menurut para ekonom.

AI diperkirakan akan memberikan dampak yang tidak merata terhadap perekonomian dunia. Secara keseluruhan, 94 persen ekonom yang disurvei memperkirakan AI akan meningkatkan produktivitas secara signifikan di negara-negara berpendapatan tinggi selama lima tahun ke depan. 

Namun, hanya 53 persen yang memperkirakan dampak serupa akan terjadi di negara-negara berpendapatan rendah.

Survei tersebut dirilis oleh World Economic Forum (WEF) sebelum pertemuan tahunannya di Davos, Swiss, dengan mempertimbangkan analisis yang dilakukan oleh lebih dari 60 kepala ekonom baik dari sektor swasta maupun publik.

Bersamaan dengan perkembangan geopolitik, dampak AI diperkirakan akan memicu volatilitas dalam perekonomian global, yang diprediksi 87 persen ekonom. 

Enam dari 10 (57 persen) juga memperkirakan kondisi ini akan meningkatkan kesenjangan dan memperlebar kesenjangan Utara-Selatan dalam tiga tahun ke depan.

Lebih dari separuh ekonom yang disurvei (56 persen) memperkirakan kondisi perekonomian global akan melemah, namun berbeda antar kawasan.

Mayoritas memperkirakan pertumbuhan moderat hingga kuat di China dan Amerika Serikat, pertumbuhan lemah atau sangat lemah di Eropa, dan pertumbuhan moderat di Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik.

"Meskipun kemajuan teknologi dapat memberikan dorongan baru terhadap produktivitas global, kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan berkualitas diperlukan untuk menghidupkan kembali momentum global dan menyeimbangkan dampaknya pada kelompok pendapatan,” kata survei tersebut dilansir Aljazeera, Jumat (19/1/2024).

Selain itu, 70 persen dari mereka yang disurvei memperkirakan kondisi keuangan akan melemah seiring dengan surutnya inflasi dan berkurangnya pengetatan pasar tenaga kerja. Hal tersebut meskipun bank sentral terkemuka di dunia mengatakan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya. (NIA)

SHARE