Keuangan Menurun dan Utang Menumpuk, Puluhan Perusahaan Raksasa Ikut Terdampak Pandemi
Virus Covid-19 telah memukul dunia usaha. Puluhan perusahaan raksasa dilaporkan mengajukan bangkrut.
IDXChannel - Virus Covid-19 telah memukul dunia usaha. Puluhan perusahaan raksasa dilaporkan mengajukan bangkrut,di mana jumlahnya belum pernah terjadi sebelumnya. Beredar informasi bahwa sembilan perusahaan besar ditutup dan bangkrut imbas pandemi Covid-19.
Megutip program 1st Session Closing Market IDX Channel, Selasa (21/9/2021), dari beberapa perusahaan tersebut dituliskan nama perusahaan produksi mobil hingga perusahaan investasi.
Antrean pailit diisi oleh perusahaan dari berbagai sektor. Mulai dari restoran, ritel pakaian dan perlengkapan rumah, produsen minyak, hingga maskapai. Kondisi tersebut lebih parah dibanding tahun 2009 atau saat puncak krisis keuangan. Saat itu, bisnis senilai USD38 miliar mengajukan bangkrut.
Lantas perusahaan apa saja yang mengalami kesulitan dan harus tutup di masa pandemi?
1. NPC International Inc.
NPC selaku pemegang waralaba 1.200 gerai Pizza Hut dan sekitar 400 restoran cepat saji Wendy's di AS mengajukan pailit karena terlilit utang USD1 miliar atau sekitar Rp14,56 triliun. Semua terjadi karena pandemi Covid-19 membatasi aktivitas bisnis restoran. Padahal, biaya operasional, biaya tenaga kerja, dan bahan makanan meningkat.
NPC International Inc, pemegang lisensi waralaba restoran Pizza Hut terbesar di AS mengajukan kebangkrutan karena meningkatnya persaingan dan penutupan usaha akibat pandemi.
NPC ini memiliki beban utang senilai USD903 juta dan telah melakukan pra-negosiasi perjanjian restrukturisasi dengan 90% kreditur tingkat pertama dan 17% kreditur tingkat kedua.
2. Hertz
Perusahaan rental mobil asal Amerika Serikat (AS) Hertz, di beritakan alami pailit di masa pandemi 2019-2020. Hertz tak sanggup membayar utang karena bisnis rental disapu pandemi virus corona.
Diketahui Hertz memiliki utang sekitar USD19 miliar dan membutuhkan bantuan agar tetap bertahan. Perlindungan kebangkrutan yang diajukan Hertz tidak termasuk bisnis di Eropa, Australia, dan Selandia Baru begitu pula dengan waralaba yang tidak dimiliki perusahaan.
Saat itu Hertz sudah memangkas 10.000 karyawan di AS dan Kanada, itu mewakili 26,3% dari jumlah total karyawannya di seluruh dunia. Saat ini Hertz dibeli oleh dua perusahaan investasi, Knighthead Capital Management dan Certares Opportunities seharga USD4,2 miliar, akuisisi itu akan mengeluarkan Hertz dari jurang kebangkrutan.
3. The Mall Of Amerika
Mengutip Business Insider, penjelasan terkait pusat perbelanjan terbesar di Amerika, Mall Of Amerika yang berhenti membayar utang Hipoyik dan telat bayar utang hingga 2 bulan pada 23 Mei 2020. The Mall Of Amerika melewatkan pembayaran utang jatuh tempo hingga dua bulan. Di mana, jumlahnya mencapai USD1,4 miliar.
4. Maskapai Penerbangan Asal Italia, Alitalia
Salah satu maskapai penerbangan asal Italia, Alitalia mengumumkan kondisi kinerja perusahaan ada pada masa sulit. Pada 15 Oktober 2021 maskapai Alitalia akan ditutup. Kondisi ini terjadi karena tekanan pandemi Covid-19 yang benar-benar menghancurkan bisnis di banyak negara.
Padahal sebelum pandemi, Alitalia telah berusaha menyelamatkan diri dari jurang kebangkrutan. Namun pandemi Covid-19 yang terjadi membuat perusahaan kritis. Maskapai ini eksis pada 2019 dan telah mengangkut 21,3 juta penumpang ke 81 tujuan berbeda dengan 3.600 penerbangan setiap minggu. (NDA)