Kewajiban Neto Investasi Internasional RI Turun Enam Persen di Triwulan II-2022
Dengan demikian, terjadi penyusutan kewajiban neto sebesar USD17,4 miliar, atau enam persen dibanding posisi triwulan I-2022.
IDXChannel - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat kewajiban neto yang menurun tipis pada triwulan II-2022 lalu. Sebagaimana dilansir Bank Indonesia (BI), pada akhir triwulan II-2022 PII Indonesia mencatatkan kewajiban neto sebesar USD270,4 miliar, atau 21,3 dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan kewajiban neto pada akhir triwulan I-2022 yang masih sebesar USD287,8 miliar, atau 23,6 persen dari total PDB. Dengan demikian, terjadi penyusutan kewajiban neto sebesar USD17,4 miliar, atau enam persen dibanding posisi triwulan I-2022.
Penurunan kewajiban neto berasal dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang disertai peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
Posisi KFLN Indonesia menurun seiring dengan penurunan nilai instrumen keuangan domestik, di tengah peningkatan arus masuk investasi langsung dan investasi portofolio. Posisi KFLN Indonesia turun 2,3 persen (quarter to quarter/qtq) dari USD720,8 miliar pada akhir triwulan I-2022 menjadi USD704,3 miliar pada akhir triwulan II 2022.
Penurunan posisi KFLN tersebut terutama disebabkan oleh faktor perubahan lainnya terkait nilai instrumen keuangan domestik berdenominasi Rupiah seiring dengan penurunan harga dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah.
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh transaksi KFLN yang mencatat surplus berupa arus masuk investasi langsung dan investasi portofolio pada triwulan II 2022 seiring optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga.
Posisi AFLN Indonesia meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan posisi aset investasi portofolio dan investasi lainnya di luar negeri. Pada akhir triwulan II 2022, posisi AFLN naik sebesar 0,2 persen (qtq) dari USD433 miliar pada akhir triwulan sebelumnya menjadi USD433,9 miliar.
Perkembangan ini didukung oleh posisi aset investasi portofolio dan investasi lainnya yang meningkat seiring bertambahnya penempatan aset di luar negeri. Peningkatan posisi AFLN tertahan oleh faktor perubahan lainnya terkait penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia dan penurunan harga beberapa aset luar negeri.
BI memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan II-2022 tetap terjaga serta mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tercermin dari rasio kewajiban neto PII Indonesia terhadap PDB pada triwulan II-2022 yang tetap terjaga di kisaran 21,3 persen, turun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 23,6 persen.
Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,4 persen) terutama dalam bentuk investasi langsung. Ke depan, BI meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi Covid-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta otoritas terkait lainnya.
Meskipun demikian, Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian. (TSA)