Keyakinan Konsumen Loyo, Kenaikan Bahan Pokok Jadi Beban
Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Februari 2024 mengindikasikan penurunan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
IDXChannel - Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Februari 2024 mengindikasikan penurunan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2024 yang berada pada level 123,1 yang dilaporkan pada Rabu (13/3/2024). Jika dibandingkan dengan Januari, angka ini turun dari 125.
Meski demikian, keyakinan konsumen pada Februari 2024 juga didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang tetap optimis.
IEK meningkat ditopang oleh Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja.
Ekpektasi penghasilan menguat 138,6 dibandingkan pada Januari yang sebesar 134,8. Sementara ekspektasi lapangan kerja juga masih optimis di level 137 di banding 133,7 pada bulan sebelumnya. Namun, ekspektasi kegiatan usaha menurun di level 130,3 dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 134,9. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sementara itu, IKE tetap di zon optimis meski menurun pada indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks pembelian barang tahan lama.
Dari sisi optimisme penghasilan, angka bulan Februari menguat di level 116,5 di banding Januari 112,1. Namun, untuk ketersediaan lapangan kerja indeksnya menurun 110,1 jika dibandingkan Januari sebesar 118,4. Sementara indeks pembelian barang tahan lama juga menurun di level 110,6 dibandingkan 112,1 pada bulan sebelumnya.
Keyakinan konsumen saat ini cukup diuji dengan sejumlah kondisi ekonomi makro yang semakin sulit, termasuk di antaranya tekanan inflasi. Bulan ramadan dan momen Idul Fitri dikhawatirkan dapat mendorong kenaikan inflasi di tengah mahalnya harga bahan pangan.
Jika dibandingkan tahun lalu, secara bulanan, inflasi bulan April 2023 yang bertepatan dengan Ramadan dan Idulfitri tercatat sebesar 0,33 persen (mtm) yang berarti lebih rendah dari inflasi pada 2022 yakni 0,95 persen (mtm) pada April 2022 dan 0,40 persen (mtm) pada Mei 2022. Sementara secara tahunan, inflasi pada April 2023 sebesar 4,33 persen (yoy).
Jika dilihat dari kondisi inflasi terakhir per Februari 2024 terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 2,75 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,58.
Peningkatan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,36 persen.
Inflasi juga disumbang kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,57 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,13 persen.
Kelompok kesehatan juga menyumbang inflasi sebesar 1,95 persen, kelompok transportasi sebesar 1,40 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,68 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,55 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,38 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,09 persen.
Terlebih, konsumsi rumah tangga, kini mendominasi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai sebesar 53,18 persen pada 2023. Ancaman perlambatan konsumsi ini bisa dibilang semakin nyata di tengah mahalnya harga beras, gula dan kebutuhan dapur lain sehingga menggerus daya beli.
Kini masyarakat juga harus dihadapkan pada rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai Januari tahun depan. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi melalui revisi Perpres Nomor 191 dalam waktu dekat. (ADF)