ECONOMICS

Kinerja Alkindo Naratama (ALDO) Tak Memuaskan di 2022, Ini Penyebabnya

Viola Triamanda/MPI 01/04/2023 15:33 WIB

PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) mencatat ada sejumlah faktor yang menyebabkan kinerja perseroan kurang memuaskan sepanjang 2022.

Kinerja Alkindo Naratama (ALDO) Tak Memuaskan di 2022, Ini Penyebabnya. (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) mencatat ada sejumlah faktor yang menyebabkan kinerja perseroan kurang memuaskan sepanjang 2022. Salah satunya disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang terjadi pada tahun lalu.

Direktur Utama ALDO Sutanto menyatakan, kenaikan biaya yang dimaksud antara lain terkait pembelian mesin baru, di mana beban bunga pinjaman pembelian sudah mulai ditanggung di 2022. Kemudian, ada penambahan tenaga kerja di 2022 untuk pemasangan mesin baru di Eco Paper.

"Alhasil, biaya karyawan juga naik, sedangkan mesin baru mulai beroperasi bulan Februari 2023," katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Sabtu (1/4/2023).

Sutanto menegaskan, perseroan telah melakukan efisiensi di berbagai bidang untuk menekan biaya. Akan tetapi, sehubungan dengan pemasangan mesin pengolahan kertas cokelat daur ulang yang baru, maka terjadi peningkatan pengeluaran yang berasal dari beban bunga dan biaya pemasangan termasuk di dalamnya tambahan biaya tenaga kerja.

"Di sisi lain, turunnya harga bahan baku kertas kardus bekas (OCC) juga telah berpengaruh terhadap penjualan dan profitabilitas,” ujarnya.

Di samping itu, perang Rusia-Ukraina yang pecah sejak awal 2022 telah berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang juga menaikkan biaya-biaya yang harus ditanggung perseroan.

Sebagai langkah antisipasi, kata dia, ALDO sebenarnya telah melakukan berbagai upaya efisiensi sehingga dapat menurunkan beban pokok penjualan sebesar 1,5%, serta beban penjualan umum dan administrasi sebesar 1%.

Beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp1,15 triliun turun dari Rp1,16 triliun pada periode sebelumnya. Kemudian, beban penjualan umum dan administrasi tercatat sebesar Rp154,15 miliar turun dari Rp155,36 miliar pada tahun sebelumnya.

Namun, beban operasi lainnya yang melonjak 218% dan beban keuangan yang naik 22% membuat langkah efisiensi tersebut tidak cukup untuk menjaga pertumbuhan perolehan laba bersih.

Di sisi lain, situasi ekonomi yang masih bergejolak serta penurunan harga jual kertas produk dari perseroan telah memengaruhi total turn over dan profitabilitas. Nilai penjualan perseroan yang sempat meningkat 6% pada kuartal ke III-2022, akhirnya harus turun di akhir tahun, sehingga total nilai penjualan pada 2022 sebesar Rp1,40 triliun, dibandingkan 2021 yang Rp1,46 triliun.

Oleh karena itu, ALDO membukukan laba bersih Rp65,76 miliar pada 2022 atau turun jika dibandingkan Rp100,77 miliar pada 2021. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp65,30 miliar, dibandingkan Rp75,86 miliar pada tahun sebelumnya.

Sutanto menegaskan, perseroan tetap berkomitmen penuh untuk terus mengembangkan green product melalui green process dalam  bisnisnya yang digeluti. Dalam hal ini ALDO menggunakan kertas daur ulang yang diproduksi anak perusahaan PT Eco Paper Indonesia untuk menghasilkan berbagai macam produk kertas cokelat seperti kraft liner, eco board, dan core board.

"Telah beroperasinya mesin-mesin baru pengolahan kertas cokelat daur ulang yang lebih canggih, sehingga menjadi lebih efisien, lebih cepat dan akurat sejak bulan Februari lalu, membuat perseroan optimistis akan dapat mendongkrak penjualan secara signifikan," kata dia.

Dengan pengoperasian mesin-mesin baru tersebut, jelas Sutanto, kapasitas produksi kertas cokelat berbahan daur ulang ALDO telah meningkat menjadi 220 ribu ton per tahun, dari kapasitas produksi sebelumnya yang sekitar 80 ribu ton per tahun. Artinya, kemampuan perseroan untuk mengolah kertas cokelat bekas meningkat 2,75 kali. 

"Perseroan optimistis bisa mendongkrak penjualan tahun 2023 ini hingga mendekati dua kali lipat," pungkasnya.

(YNA)

SHARE