Kinerja Awal Tahun Melemah, Industri Semen Diproyeksi Bangkit Semester II-2025
Penjualan semen nasional pada kuartal I-2025 anjlok 7,8 persen secara tahunan (YoY) atau hanya mencatatkan 13,16 juta ton
IDXChannel - Penjualan semen nasional pada kuartal I-2025 anjlok 7,8 persen secara tahunan (YoY) atau hanya mencatatkan 13,16 juta ton.
Realisasi tersebut berada di bawah ekspektasi analis maupun rata-rata lima tahun terakhir lantaran aktivitas konstruksi secara nasional terhambat.
Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan, terbatasnya hari kerja efektif, hingga pergeseran periode Ramadan dan Idulfitri ke kuartal pertama.
Secara segmen, penjualan semen curah (bulk) turun tajam 15,30 persen (yoy) dengan volume hanya 3,72 juta ton. Penurunan permintaan semen terjadi hampir di seluruh wilayah, terutama Kalimantan yang mengalami kontraksi hingga 36,86 persen (yoy), sebagian besar akibat tertundanya pelaksanaan proyek Ibu Kota Negara (IKN).
Sementara itu, semen zak (bagged cement) juga turun 4,45 persen (yoy) dengan volume 9,44 juta ton. Penurunan terbesar terjadi di Pulau Jawa sebesar 8 persen sedangkan wilayah di luar Jawa relatif stabil dengan turun tipis 1,2 persen.
Dari sisi emiten, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan volume penjualan sebesar 8,57 juta ton atau turun 6,59 persen (yoy) dan kehilangan pangsa pasar menjadi 46 persen per Maret 2025. Kontribusi semen zak SMGR juga turun menjadi 69,4 persen.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan penjualan 3,96 juta ton atau turun 5,95 persen yoy. Namin, INTP berhasil meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 30,7 persen pada Maret 2025, dari sebelumnya 29,5 persen.
Analis Phintraco Sekuritas Adita Prayoga memperkirakan permintaan semen akan pulih secara musiman seiring berakhirnya musim hujan dan cuaca yang mulai mengering, terutama pada kuartal II dan III
Pemangkasan anggaran pemerintah diproyeksi menjadi hambatan utama yang membatasi potensi pertumbuhan volume penjualan di kisaran 0,5-1 persen sepanjang 2025
"Kontribusi dari semen curah pun diperkirakan menurun menjadi sekitar 28 persen pada akhir. Ini mencerminkan dampak dari berkurangnya proyek-proyek skala besar, khususnya di Kalimantan. Oleh karena itu, sektor semen secara umum diberi rekomendasi netral," tulis Adita dalam risetnya, dikutip Minggu (25/5/2025).
Meski demikian, Adita tetap merekomendasikan buy untuk saham INTP, dengan target harga Rp6.500. Valuasi yang menarik di level 5,33x EV/EBITDA FY25E dan 4,70x FY26F dinilai masih layak dikoleksi oleh investor jangka panjang.
Adapun investor tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko, seperti pemangkasan anggaran infrastruktur yang lebih dalam dan berlarut, volatilitas harga bahan baku dan energi, serta persaingan harga yang dapat menekan margin dan pangsa pasar.
(DESI ANGRIANI)