ECONOMICS

Kinerja Ekspor Melambat, RI Bidik Asia Selatan Jadi Negara Tujuan Baru

Ikhsan Permana SP/MPI 10/07/2023 16:52 WIB

Pemerintah Indonesia tengah membidik pasar tradisional di Asia Selatan seperti India, Pakistan dan Bangladesh sebagai kawasan tujuan ekspor baru.

Kinerja Ekspor Melambat, RI Bidik Asia Selatan Jadi Negara Tujuan Baru. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah Indonesia tengah membidik pasar tradisional di Asia Selatan seperti India, Pakistan dan Bangladesh sebagai kawasan tujuan ekspor baru. Hal tersebut sebagai upaya untuk menaikkan kinerja ekspor yang cenderung mengalami perlambatan.

"Ya kita memang ini kan terutama pasar tradisional kita melambat, oleh karena itu kita cari terobosan baru misalnya Asia Selatan yang selama ini non tradisional kita saya sudah dua kali tiga kali ke India, Pakistan, ada Bangladesh ada India," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (10/7/2023).

Zulhas menjelaskan pasar Asia Selatan, pasar Timur Tengah dan juga pasar Afrika merupakan pasar yang potensial untuk menjual produk-produk dari Indonesia.

"Timur Tengah saya udah tiga kali datang, ini Afrika kemarin sudah ke Mesir, itu juga potensi pasar yang besar. Afrika itu 1,4 miliar orangnya, Asia Selatan itu 2 miliar, Timur Tengah itu ada 500an juta orang. Jadi ini pasar ini yang lama iya, yang baru kita coba garap lebih serius," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan, sangat penting untuk menjajaki pasar-basar baru non tradisional. 

"Kita juga melihat potensi pasar seperti negara-negara di Asean Selatan dan Afrika itu juga sebenarnya sangat besar. Kita mulai menjajaki pasar-pasar baru non tradisional," ujarnya.

Shinta menambahkan, pihaknya juga mulai melihat perjanjian-perjanjian dagang baik yang bilateral maupun regional utilisasinya sangat penting.

Perjanjian dagang tersebut diantaranya Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA), Indonesia-Eropa (EFTA), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Menurut Shinta, Perjanjian dagang tersebut membuka akses pasar yang lebih luas.

"Jadi banyak kesempatan juga dengan adanya perjanjian dagang ini untuk kita bisa optimalkan. Makanya kita perlu lebih banyak mensosialisasikan kepada pelaku usaha supaya bisa mengambil manfaat daripada perjanjian dagang yang sudah dinegosiasikan pemerintah," tuturnya.

Seperti diketahui, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia pada April 2023 mencapai USD19,29 miliar atau turun 17,62 persen dibanding ekspor Maret 2023. Sementara dibanding April 2022 nilai ekspor turun sebesar 29,40 persen.

Sementara secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2023 mencapai USD86,35 miliar atau turun 7,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD81,08 miliar atau turun 8,62 persen.

(SLF)

SHARE