ECONOMICS

Kisah Gojek, Taklukkan Pagebluk hingga Tebar Saham Gratis ke Mitra

Aldo Fernando - Riset 03/10/2022 14:07 WIB

Menyimak peran Gojek dalam mendukung pemulihan ekonomi RI pasca-hantaman pandemi Covid 2020.

Kisah Gojek, Taklukkan Pagebluk hingga Tebar Saham Gratis ke Mitra. (Foto: Gojek.com)

IDXChannelPandemi Covid-19 sejak Maret 2020 membawa banyak kisah tak menggembirakan. Namun, di balik itu, seperti kata pepatah, selalu ada cahaya di ujung terowongan.

Kala pagebluk menghantam dunia, sendi-sendi ekonomi global sontak lumpuh imbas dari pengetatan mobilitas untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Indonesia pun tak imun terhadap serangan tersebut. Mengganasnya penyebaran virus Covid-19 bahkan sempat membuat kasus harian menyentuh rekor 64.700-an kasus pada Februari tahun ini.

Dampak paling kentara, di tahun pertama pandemi, yakni di 2020, ekonomi RI terkontraksi 2,07 persen. Dari pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga anjlok 5,09 persen pada tahun tersebut.

Sektor transportasi dan pergudangan terkena pukulan paling keras dibandingkan yang lainnya. Akibat mobilitas masyarakat terganggu, pertumbuhan ekonomi di sektor ini minus signifikan sebesar 15,05 persen pada 2020. Padahal, pada 2019, sektor tersebut masih tumbuh 6,38 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: BPS

Dampak besar lainnya tentu saja mudah ditebak: banyak orang terdampak dan bahkan kehilangan pekerjaan.

Dalam estimasi Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, pada 24 November 2020, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ada 29,12 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi Covid-19.

Sementara, menurut survei Kementerian Ketenagakerjaan pada Desember 2021, terdapat 72.983 pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat Covid-19. Data tersebut juga menunjukkan, sebanyak 4.156 perusahaan telah melakukan PHK terhadap pekerjanya.

Kisah Pagebluk dan Peruntungan di Ojol

Arif, mantan pekerja pembersih taman di sebuah kompleks perkantoran di Jakarta Barat, menjadi salah satu bagian dari gelombang PHK akibat Covid-19 tersebut.

“Ya, kantor saya sudah tak mampu menggaji saya. Makanya, kami 8 orang kena PHK,” tutur Arif kepada Okezone pada 7 Juni 2020.

“Padahal,” lanjut Arif, “gaji saya di bawah UMR [upah minimum regional]. Tapi, mereka tetap saja tak bisa menggaji saya, alasannya karena corona.”

Untung saja, kata Arif, dia sebelumnya sudah bekerja sampingan sebagai pengemudi ojek online (ojol) sehingga masih bisa menafkahi keluarganya.

“Makanya, ojek online menyelamatkan saya. Jadi walaupun kena PHK, saya masih bisa cari nafkah buat anak istri,” tutup Arif.

Kisah Arif di atas adalah sekelumit di antara berlaksa-laksa ceritera orang-orang yang terkena PHK lalu banting setir menjadi mitra ojol dan mitra pedagang aplikasi pesan antar makanan online.

Untuk yang disebut terakhir, hasil penelitian oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengungkapkan, karyawan swasta dan ibu rumah tangga berusaha mencari penghasilan alternatif selama pagebluk dengan bergabung ke GoFood.

“Selama pandemi hampir setengah mitra baru yang bergabung GoFood adalah Pekerja Swasta (24%) dan Ibu Rumah Tangga (22%),” jelas penelitian LD FEB UI yang berjudul Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Saat Pandemi COVID-19 tersebut.

GoFood adalah lini usaha platform on-demand Gojek di bidang jasa antar makanan daring. Sementara, Gojek sendiri saat ini berada di bawah panji PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) atawa Grup GoTo.

Grup GoTo resmi terbentuk pada 17 Mei 2021, yang merupakan sebuah kombinasi bisnis antara Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia. Sebagaimana diketahui, kedua perusahaan tersebut adalah raksasa di bidangnya saat ini.

Khusus Gojek, menurut lembar fakta perusahaan per semester I 2022, perusahaan yang didirikan pada 2010 tersebut saat ini beroperasi di 3 negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

Secara total, Gojek kini bekerja sama dengan lebih dari 2,6 juta mitra driver dan lebih dari 1 juta merchant GoFood.

Di atas, tampak bahwa profesi ojol menjadi semacam oase atawa sumber penghasilan alternatif kala pandemi menghantam perekonomian masyarakat.

Lantas, bagaimana sebenarnya peran Gojek dalam membantu pemulihan akibat pagebluk?

Peran Gojek dalam pemulihan ekonomi

Apabila memperluas gambaran ke level makro, riset menunjukkan, Gojek turut berperan dalam mendukung pemulihan ekonomi RI pasca-hantaman pandemi Covid 2020.

Dalam penelitian berjudul Kontribusi Ekosistem Gojek dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional Selama Pandemi 2020-2021, LD FEB UI menarik kesimpulan, pada 2021 kontribusi ekosistem digital Gojek dan GoTo Financial (di luar Tokopedia) diperkirakan meningkat 60%, menjadi 1,6% dari PDB Indonesia atau sekitar Rp 249 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: LD FEB UI

Kontribusi tersebut lebih tinggi tinimbang dengan periode 2019-2020 (sebesar 1% dari PDB Indonesia).

Sebagai informasi, menurut data BPS, ekonomi RI juga berhasil keluar dari zona kontraksi dengan tumbuh 3,69 persen pada 2021. Teranyar, ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen secara tahunan (y-o-y) pada kuartal II-2022.

Sektor transportasi dan pergudangan, di mana Gojek termasuk di dalamnya, pun mulai pulih dengan 3,24 persen pada 2021 dan tumbuh 6,78 persen di kuartal II-2022. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: BPS

LD FEB UI juga mencatat, ekosistem Gojek mendukung pemulihan ekonomi melalui peningkatan pendapatan mitra sebesar Rp66 triliun dari tahun 2020 ke 2021.

Selain itu, menurut LD FEB UI, mitra pengemudi alias driver GoCar (taksi online) dan GoRide (ojek motor online) mengalami peningkatan pendapatan sebesar 24% dan 18% pada 2021 dibandingkan tahun 2020. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: LD FEB UI

“Ini menandakan sektor informal yang berada dalam ekosistem digital bisa mengikuti dengan cepat manfaat pemulihan ekonomi,” jelas laporan penelitian yang diarsiteki Dr. Paksi Walandouw dan Dr. Alfindra Primaldhi tersebut.

Sebagai ilustrasi, menurut LD FEB UI, 4 dari 5 mitra menyatakan mereka tetap dapat memiliki penghasilan untuk menafkahi diri dan keluarga melalui kemitraan dengan Gojek.

Di samping itu, 4 dari 5 mitra GoSend dan GoKilat menyatakan puas dengan kemitraan dengan Gojek. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: LD FEB UI

Pendapatan Mitra UMKM GoFood juga rata-rata naik 66% di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020.

Menurut survei LD FEB UI, ada empat dukungan yang paling dirasakan mitra driver, yakni pertama, diskon swadaya. Kedua, pembagian perlengkapan kesehatan.

Ketiga, penyediaan posko aman. Keempat, dukungan Gojek dalam menjaga keamanan, kesehatan, dan higienitas mitra.

Sumber: Gojek.com

Dukungan tersebut juga dapat dilihat dari besaran dana yang digelontorkan Gojek senilai Rp1 triliun untuk membantu mitra driver dan UMKM bangkit menghadapi pandemi.

Listing Inklusif hingga Terobosan Saham Cuma-cuma

Di tengah ‘badai’ pandemi, induk Gojek, GoTo Group, memutuskan untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO ) kepada investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

GoTo melantai (listing) di bursa dengan menawarkan 40,62 miliar saham Seri A di harga penawaran Rp338 per saham pada 11 April 2022.

Sumber: gotocompany.com

Total dana yang diraup GoTo dalam gelaran IPO tersebut mencapai  Rp13,73 triliun, terbesar ketiga dalam sejarah BEI.

GoTo Group pun tercatat di papan utama dan menggunakan kode saham GOTO sebagai penanda eksistensi di bursa.

Uniknya, bersamaan dengan listing di BEI, GoTo melaksanakan Program Saham Gotong Royong di mana perusahaan mengalokasikan saham senilai Rp310 miliar untuk mitra pengemudi Gojek.

Selain itu, perusahaan membentuk GoTo Future Fund, yakni dana abadi demi mendukung inisiatif dan solusi yang memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan dalam ekosistem GoTo.

Dalam Program Saham Gotong Royong tersebut, penerima manfaat mencakup berbagai kriteria, mulai dari mitra driver GoRide, GoCar, GoSend, GoFood, hingga GoBox. 

Rinciannya, mitra angkatan 2010-2016 mendapatkan 4.000 saham. Apabila dikalikan harga saham IPO GoTo Rp338 per saham, maka masing-masing driver mendapatkan saham senilai Rp1.352.000.

Sementara, untuk mitra angkatan 2017-2022 memperoleh 1.000 saham. Dus, masing-masing driver akan menggondol Rp338.000.

Catatan saja, nilai tersebut akan berfluktuasi sesuai kondisi harga pasar saham GOTO di bursa.

Nantinya, mitra pengemudi di Indonesia akan menerima saham secara cuma-cuma setelah berakhirnya masa lock-up, yang sudah berjalan sejak diterimanya pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Maret 2022 sampai dengan delapan bulan setelah tanggal pernyataan efektif tersebut.

Itu berarti, driver Gojek akan mendapatkan saham GOTO pada  akhir November mendatang.

Kemudian, para mitra pedagang dan konsumen GoTo diberikan akses prioritas untuk pemesanan saham melalui penjatahan pasti (fixed allotment) selama proses penawaran awal (bookbuilding).

Di samping itu, melalui Rencana Insentif Jangka Panjang Perusahaan, setelah berakhirnya masa lock-up, para karyawan tetap GoTo juga berkesempatan menjadi pemegang saham perusahaan.

Karena itu, tidak berlebihan apabila CEO Grup GoTo Andre Soelistyo, dalam rilis pers (11 April 2022) menyebut,  “[...] Program Saham Gotong Royong [...] menjadi salah satu program kepemilikan saham paling inklusif di dunia pada saat ini."

Cerita ‘Gojek 001’ Mulyono dan Kudung Warsal

Aksi tebar saham gratis a la GoTo pun disambut antusias oleh para mitra driver Gojek.

Mulyono, pria asal Sragen (Jawa Tengah) yang dikenal sebagai driver Gojek pertama, misalnya, gembira atas kesempatan mendapatkan saham gratis sekaligus undangan untuk menghadiri seremoni pencatatan saham GOTO pada 11 April silam.

Dalam kata sambutan singkat di depan petinggi GoTo Group, dirinya merasa tak menyangka bahwa GoTo bakal menjadi perusahaan besar.

"Perasaannya gak disangka bahwa GoTo akan sebesar ini, sesukses ini. Dulu kami makai atribut ini hanya sampai pinggiran jalan," kata Mulyono sesaat setelah opening bell perdagangan di Gedung BEI, pada 11 April 2022.

Sumber: Gotocompany

Mulyono, yang bergabung sejak 2010 saat Gojek Berdiri, mendapatkan jatah saham 4.000 saham.

Bagi pria yang dijuluki driver ‘Gojek 001’ tersebut, alokasi saham kepada driver adalah hal yang mengejutkan.

"Tak menyangka kami diberi saham, luar biasa. Terima kasih buat GoTo," pungkasnya. 

Selain Mulyono, Kudung Warsal, seorang pengemudi GoCar yang telah menjadi mitra driver sejak tahun 2016, mengaku senang mendapatkan 4.000 lembar alokasi saham GOTO.

"Yang jelas pertama saya merasa kaget karena kita awalnya hanya berpatokan hari ini narik kita dapat duit, tapi kalau memang ada tambahan saham ini, ya saya senang sekali," kata Kudung saat berbincang dengan MNC Portal dalam perjalanan menuju Jakarta dari Bekasi, pada 11 April 2022.

Walaupun belum mengetahui mekanisme jual beli saham, dirinya merasa ingin mempelajari skema transaksi di pasar modal. Kudung menyebut, pengetahuan dalam pasar modal bisa menjadi bekal baginya di masa depan.

"Harapannya, saya akan pegang selama-lamanya. Ya buat kita kalau mungkin sudah tua, di online kita sudah capek. Lumayan buat uang kaget bagi kita," katanya sembari menambahkan, profesi yang ia jalani saat ini begitu membantu kebutuhan keluarganya.

Rapor Gojek sepanjang 2022

Di muka, sudah sedikit diceriterakan mengenai upaya Gojek untuk mengatasi efek negatif pandemi hingga terobosan pembagian saham gratis lewat sang induk, GoTo.

Kemudian, bagaimana dengan performa Gojek pada kuartal II 2022?

Performa Gojek di bawah Grup GoTo terbilang positif pada tahun ini seiring pulihnya sektor mobilitas, serta relaksasi terhadap berbagai pembatasan yang disebabkan pagebluk Corona.

Menurut rilis GoTo Grup, pendapatan bruto kuartal II 2022 untuk segmen jasa on-demand alias ojol (dan taksi online) serta antar makanan Gojek mencapai Rp3,2 triliun, atau tumbuh 41% year-on-year (YoY). (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: Materi presentasi GoTo

Sementara, dari metrik operasional, nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) segmen tersebut mencapai Rp14,9 triliun, meningkat 30% YoY pada tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: Materi presentasi GoTo

Rinciannya, GTV untuk layanan mobilitas (GoRide dan GoCar) tumbuh 80% YoY. Menurut manajemen, angka tersebut “telah pulih hingga mencapai 86% dari tingkat pra-pandemi.”

Hal tersebut menjadi, mengutip penjelasan manajemen, “tren positif yang akan berlanjut bersamaan dengan berlanjutnya aktivitas perekonomian dan lalu lintas di seluruh Indonesia.”

Menurut penjelasan perusahaan, pertumbuhan terhadap pendapatan bruto melampaui pertumbuhan GTV, yang disebabkan oleh take rate yang lebih tinggi, yaitu 173 basis poin lebih tinggi tinimbang dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.

Take rate adalah biaya yang dikenakan perusahaan atas transaksi yang dilakukan pihak ketiga (contohnya, mitra Gojek atau mitra pedagang).

Lebih lanjut, seiring semakin meningkatnya aktivitas perkantoran, GoTo juga meningkatkan skala bisnis GoCorp, yakni layanan mobilitas untuk pengguna korporasi.

Soal performa, GTV GoCorp meningkat sekitar 2,5 kali lipat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut seiring “penambahan jumlah pelanggan baru dan kemitraan yang lebih erat dengan pelanggan setia.”

Target ke depan, mengutip pedoman kinerja GoTo Group soal target pencapaian impas (breakeven), margin kontribusi segmen on-demand service alias Gojek diproyeksikan akan menjadi positif pada kuartal pertama tahun 2023.

Singkatnya, bagi Gojek, jalan di depan masih panjang dan penuh tantangan serta kesempatan. Akan tetapi, seperti disebutkan di muka, selalu ada cahaya di ujung terowongan. (ADF)