Konflik Kembali Pecah, Intip Anggaran Militer Israel-Hamas
Tensi geopolitik Timur Tengah kembali memanas akibat serangan yang dilancarkan oleh kelompok pejuang pembebasan Palestina, Hamas, kepada Israel.
IDXChannel - Tensi geopolitik Timur Tengah kembali memanas akibat serangan yang dilancarkan oleh kelompok pejuang pembebasan Palestina, Hamas, kepada Israel, akhir pekan lalu Sabtu (7/10/2023).
Mengutip Vox.com, pejuang Hamas melancarkan invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya melintasi perbatasan selatan Israel dengan Gaza, menyerbu kota-kota Israel dan membunuh tentara Israel dan warga sipil.
Ribuan roket ditembakkan ke wilayah Israel, dan menyebabkan setidaknya 100 warga Israel tewas. Seorang pejabat senior Knesset mengatakan serangan tersebut menyebabkan kematian warga sipil terbanyak dalam satu hari sepanjang sejarah negara tersebut.
Pertempuran di Israel selatan masih berlangsung, dengan laporan bahwa Hamas membawa sandera Israel kembali ke Gaza. Serangan udara balasan Israel telah menewaskan hampir 200 warga Palestina, jumlah yang mungkin akan terus bertambah.
Asal Mula Serangan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu menyatakan Israel secara resmi menyatakan perang terhadap Hamas.
Deklarasi tersebut muncul setelah pemerintahan Biden menjanjikan dukungan tambahan untuk Israel dan pengumuman pergerakan beberapa kapal perang dan skuadron pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) ke Mediterania Timur.
Beberapa negara, termasuk Mesir dan Yordania, telah mengajukan diri untuk mencoba meredakan situasi secara diplomatis.
Sementara itu, pertempuran di Israel selatan dan Gaza berlanjut pada Minggu (8/10) setelah kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan besar, kompleks, dan terkoordinasi dengan baik terhadap Israel. Hal ini terjadi setelah berbulan-bulan konflik yang memanas antara Israel dan Palestina di Yerusalem, Tepi Barat, dan Gaza.
Sekelompok pejuang dari sayap militer Hamas, brigade Al-Qassam, memasuki Israel pada Sabtu dan merupakan sebuah pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap aparat keamanan yang mengontrol pergerakan warga Palestina masuk dan keluar dari Israel.
Serangan ini setidaknya menewaskan sedikitnya 700 warga Israel, dan setidaknya 2.243 orang terluka, menurut laporan New York Times.
Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, setidaknya 413 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.300 orang terluka di awal serangan, baik dalam serangan balasan maupun baku tembak.
Ada juga laporan tentang pejuang Hamas yang menyandera kembali ke Gaza, menyandera warga Israel di rumah mereka, dan baku tembak di kota-kota Israel selatan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan pada Minggu bahwa kantornya sedang berupaya untuk memastikan warga Amerika termasuk di antara yang hilang dan tewas.
Hamas telah meluncurkan ribuan roket dan mortir ke wilayah Israel setelah serangan awal setidaknya 2.200 pada Sabtu pagi dengan tembakan tambahan terjadi sepanjang Sabtu dan Minggu.
Angka tersebut menunjukkan besarnya skala operasi ini. Jika ditotal, dari keseluruhan perang 50 hari antara Hamas dan Israel sejak 2014, kelompok tersebut, bersama dengan kelompok lain telah meluncurkan total 4.564 roket dan mortir ke Israel.
“Musuh kita akan menanggung akibat yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Kami sedang berperang dan kami akan memenangkannya,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai serangan tersebut.
Di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel semakin memusuhi warga Palestina dan mendorong pemukiman Israel di beberapa bagian Tepi Barat, salah satu daerah kantong Palestina.
Adu Kuat Militer Hamas vs Tentara Israel
Konflik Israel-Hamas sebenarnya bukanla konflik yang terbilang baru. Kedua otoritas ini telah berkonflik bahkan sejak ratusan tahun.
Namun, konflik bersenjata antara kedua otoritas lebih banyak terjadi setelah era modern dan melibatkan persenjataan canggih.
Diketahui Israel merupakan negara dengan kekuatan militer yang cukup berpengaruh. Mengingat Israel juga merupakan sekutu AS di kawasan Timur Tengah.
Berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pengeluaran militer Israel sepanjang 2022 mencapai USD23,4 miliar. Jumlah ini mencakup 4,5 persen PDB negara tersebut dan setara dengan 1 persen pangsa dunia. (Lihat grafik di bawah ini.)
Israel berada di urutan ke-15 dalam daftar negara dengan pengeluaran militer tertinggi pada 2022. Dari 15 negara tersebut, Amerika Serikat (USD877 miliar), China (USD292 miliar) dan Rusia (USD86,4 miliar) masing-masing menempati tiga posisi teratas.
Di kawasan Timur Tengah, Arab Saudi berada di peringkat keempat dengan pengeluaran sebesar USD75 miliar, sementara Iran (USD6,8 miliar) hanya berada di peringkat ke-34.
Berdasarkan data Statista, Israel dan Hamas juga saling melancarkan serangan udara dan tembakan roket dalam peningkatan kekerasan pada 2021 lalu.
Di tahun tersebut, Brigade Al Qassam Hamas mengumumkan bahwa mereka menembakkan 130 roket ke kota-kota Israel di utara Jalur Gaza dalam apa yang akan menjadi tembakan proyektil terbesar yang pernah dilihat oleh para militan.
Analisis lebih dekat terhadap persenjataan roket kelompok tersebut dilakukan oleh Fabian Hinz di Twitter.
Dia menyebutkan total 15 roket yang berbeda, dan setidaknya lima di antaranya dipasok ke Brigade Al Qassam oleh Iran dan Suriah. Senjata jenis M302, yang dipasok oleh grup tersebut, memiliki jangkauan terjauh dari semua jenis roket yang dimiliki, yaitu 180 kilometer.
Hinz menyatakan bahwa senjata jenis R-160 memiliki jangkauan terpanjang dari semua proyektil yang diproduksi di dalam negeri, yaitu sekitar 160 kilometer. Lima lainnya memiliki radius operasional 75 kilometer atau lebih. (ADF)