ECONOMICS

Konflik Rusia-Ukraina Bakal Diprediksi Bikin Biaya Logistik Tambah Mahal

Advenia Elisabeth/MPI 24/02/2022 16:58 WIB

Invasi Rusia ke Ukraina akan mengerek harga BBM sehingga biaya logistik akan tambah mahal.

Invasi Rusia ke Ukraina akan mengerek harga BBM sehingga biaya logistik akan tambah mahal. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan mulainya invasi Rusia ke Ukraina akan mengerek inflasi di Indonesia, dan ini akan menambah PR pemerintah dalam merubah APBN. 

Diketahui, konflik antara Rusia dan Ukraina ini mendongkrak harga minyak dunia melonjak tembus US$ 100/barel. Harga minyak brent melesat 2,85% menjadi US$ 100,07/barel. Sementara jenis light Sweet WTI melompat 3,01% menjadi US$ 94,9/barel.

"Efek dari harga komoditas minyak mentahnya sudah tembus di atas 100 us dollar per barrel ini akan meningkatkan inflasi," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Kamis (24/2/2022).

Lanjut dijelaskannya, pengaruh melonjaknya harga minyak mentah tersebut akan membuat biaya pengiriman barang, biaya logistik akan jauh lebih mahal. Sehingga efeknya pada harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli masyarakat semakin rendah, dan efek terhadap subsidi energinya juga akan membengkak cukup signifikan. 

"Itu karena pada asumsi makro APBN, harga minyak hanya tercatat 63 US Dollar per bareel," imbuh Bhima. 

"Jadi ini se-gap antara harga minyak yang ditetapkan dalam APBN maupun harga minyak mentah yang riil di lapangan sudah terlalu jauh maka imbasnya akan ada pembengkakan dari subsidi energi yang signifikan," tambahnya.

Oleh karena itu, Ekonom Celios ini mendesak pemerintah untuk segera melakukan perubahan APBN guna menyesuaikan kembali beberapa indikator khususnya nilai tukar rupiah dan juga inflasi. 

"Karena inflasinya bisa lebih tinggi daripada perkiraan," cetusnya.

Selain itu, Bhima bilang, pemerintah juga perlu melakukan antisipasi, seperti melakukan tambahan dana PEN, yang mencakup stabilitas harga pangan dan juga stabilitas harga energi ke dalam komponen anggaran PEN. 

"Karena ini mengancam pada stabilitas dan pemulihan ekonomi sepanjang 2022," tandasnya. (TIA)

SHARE