Korsel Kembangkan Industri Antariksa setelah Putus Kerja Sama dengan Rusia
Korea Selatan (Korsel) berencana untuk mengembangkan industri antariksa domestik
IDXChannel - Korea Selatan (Korsel) berencana untuk mengembangkan industri antariksa domestik. Negeri Ginseng tersebut ingin dapat meluncurkan satelit ke luar angkasa tanpa bantuan negara lain.
Bulan lalu, Seoul memutus kerja sama dengan Rusia yang selama ini membantu meluncurkan satelit Korsel ke luar angkasa. Langkah tersebut merupakan bagian dari sanksi Barat terhafap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
“Rencana kami untuk meluncurkan satelit dengan bantuan Rusia benar-benar buyar,” kata Wakil Menteri Sains Korsel Oh Tae-Seog dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Bloomberg pada Senin (20/2/2023).
“Dari perspektif tidak hanya industri luar angkasa tetapi juga keamanan nasional, memiliki kemampuan untuk menempatkan satelit yang kita inginkan ke luar angkasa kapan pun kita mau adalah penting,” lanjutnya.
Putusnya kerja sama antara Seoul dan Moskow menjadi pukulan telak bagi program roket Rusia. Sektor antariksa merupakan salah satu industri kunci Rusia.
“Bahkan jika perang berakhir, kami tidak akan kembali ke masa lalu,” kata Lee Changjin, seorang profesor teknik kedirgantaraan di Universitas Konkuk di Seoul.
“Saya yakin Moskow akan mencoba masuk kembali ke pasar setelah perang usai mengingat industri luar angkasanya yang besar tidak dapat bertahan hanya dengan permintaan domestic,” lanjutnya.
Korsel meluncurkan roket buatan dalam negeri pertamanya pada Juni 2022. Korsel kini sedang berusaha mengirim satelit yang lebih berat dan lebih kompleks tanpa bantuan asing.
Namun, Korsel harus mengejar ketinggalan dalam bisnis roket. Korsel harus bersaing dengan program-program serupa di Rusia dan AS, yang telah mengirim satelit ke orbit selama lebih dari setengah abad.
China dan Jepang juga memiliki lebih banyak pengalaman. Korea Utara (Korut) bahkan bisa mengirim rudal lebih jauh ke luar angkasa daripada Korsel
Sebagai perbandingan, industri luar angkasa di seluruh dunia menghasilkan pendapatan sekitar USD350 miliar, dan berpotensi melampaui USD1 triliun pada tahun 2040, menurut perkiraan Morgan Stanley.
“Korea Selatan dapat membedakan dirinya dengan membantu bisnis menemukan cara yang lebih murah untuk menempatkan satelit berkinerja tinggi ke orbit rendah,” kata Oh.
(WHY)