ECONOMICS

Krisis Ekonomi, Kuba Naikkan Harga BBM Lima Kali Lipat

Wahyu Dwi Anggoro 09/01/2024 13:42 WIB

Pemerintah Kuba mengumumkan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) akan melonjak lebih dari 500 persen mulai 1 Februari.

Krisis Ekonomi, Kuba Naikkan Harga BBM Lima Kali Lipat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah Kuba mengumumkan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) akan melonjak lebih dari 500 persen mulai 1 Februari. Pasalnya, pihak berkuasa kekurangan uang untuk mempertahankan subsidi.

Dilansir dari AFP pada Selasa (9/1/2024), langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi defisit anggaran. 

Harga satu liter bensin reguler akan naik dari 25 peso menjadi 132 peso, sedangkan harga bensin berkualitas lebih tinggi akan melonjak dari 30 menjadi 156 peso.

kata Menteri Keuangan dan Harga Vladimir Regueiro di televisi pemerintah.

Pihak berwenang juga mengatakan wisatawan yang berkunjung ke negara kepulauan tersebut akan dapat membayar bensin dengan mata uang asing, langkah yang diharapkan dapat meningkatkan cadangang uang asing Kuba.

Rencana kenaikan harga BBM diumumkan Menteri Keuangan Vladimir Regueiro pada Senin waktu setempat. Pemerintah Kuba selama ini mensubsidi hampir semua barang dan jasa penting.

Menurut perkiraan resmi, perekonomian Kuba menyusut dua persen pada 2023, sementara inflasi mencapai 30 persen.

Akhir bulan lalu, Menteri Perekonomian Alejandro Gil mengakui bahwa pemerintah tidak bisa lagi melanjutkan kebijakan subsidi BBM yang ada. Negara komunis itu kekurangan mata uang asing dan masih belum terbebas dari embargo ekonomi Amerika Serikat (AS).

“Negara ini tidak bisa mempertahankan harga BBM  yang paling murah di dunia dibandingkan harga di negara lain,” kata Gil.

Selain BBM, Pemerintah Kuba juga mengumumkan kenaikan harga listrik sebesar 25 persen untuk konsumen utama di daerah pemukiman, serta kenaikan biaya gas alam.

Pulau berpenduduk 11 juta jiwa ini mengalami krisis ekonomi terburuk sejak runtuhnya blok Soviet pada1990an. Beberapa penyebabnya antara lain dampak pandemi, pengetatan sanksi AS dalam beberapa tahun terakhir, dan kelemahan struktural. (WHY)

SHARE