ECONOMICS

Krisis Listrik China Berpotensi Ganggu Perekonomian Indonesia

Anggie Ariesta 01/10/2021 11:42 WIB

Krisis listrik yang berimbas pada terganggunya pasokan energi di China diprediksi berpotensi mengganggu perekonomian Indonesia.

Krisis Listrik China Berpotensi Ganggu Perekonomian Indonesia (Ilustrasi)

IDXChannel - Krisis listrik yang berimbas pada terganggunya pasokan energi di China diprediksi berpotensi mengganggu perekonomian Indonesia.

Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) mengatakan, pemerintah Indonesia perlu waspada dan belajar dari krisis energi yang melanda China dan Inggris saat ini.

"Pasalnya ada beberapa masalah dan tantangan terkait sektor energi negara itu yang berpotensi memberi dampak kepada ekonomi Indonesia," katanya saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (1/10/2021).

Dia juga menilai transisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia bakal membutuhkan waktu yang lama, sehingga belum bisa dijadikan solusi cepat.

"Pertama karena harga melambung tinggi. Negara-negara yang biasanya men-supply cukup banyak menghadapi kendala seperti Timur Tengah dan negara lain," ujarnya.

Masalah kedua, Tauhid menyinggung mungkin masalah jalur logistik, sehingga terlambat pengirimannya. Sebab di dalam negeri ini kita hanya menghasilkan batu bara sekitar 720-710 barrel per hari sementara kebutuhannya 1400-1450 barrel per hari untuk memenuhi energi terutama untuk kendaraan.

Menurut Tauhid, untuk sektor energi listrik diprediksi Indonesia tidak akan kewalahan, bahkan akan mendapat surplus yang cukup banyak.

Namun dari sektor energi bahan bakar minyak (BBM), Indonesia masih berpeluang terimbas lantaran pasokan yang tersendat dari negara-negara produsen. Bahkan bisa membuat harga produk melambung tinggi karena banyak diperebutkan.

Semua bermula dari krisis pasokan listrik China yang efeknya lebih besar dari krisis utang Evergrande Group. Efek dari krisis listrik akibat pasokan batubara di China ini bakalan lebih terasa terhadap ekonomi dunia.

Investor juga sudah tak mengkhawatirkan efek dari Evergrande, sehingga investor terlihat lebih khawatir dengan efek dari krisis listrik.

Goldman Sachs dan Nomura telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini. Lalu saham produsen kimia China, pembuat mobil dan perusahaan pengiriman telah jatuh, sementara stok energi terbarukan melonjak. (NDA)

SHARE