ECONOMICS

Krisis Pangan di Depan Mata, Benarkah?

Ikhsan PSP 14/10/2022 15:26 WIB

Adapun yang terjadi bukanlah krisis pangan melainkan food price index terus mengalami kenaikan sejak Mei 2020 sampai sekitar Maret 2022.

Krisis Pangan di Depan Mata, Benarkah? Foto: MNC Media.

IDXChannel - Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengkritisi isu krisis pangan global yang seringkali digaungkan.

Dia menyebut pada 2020, saat FAO dan beberapa lembaga internasional lain menyatakan bahwa dunia akan memasuki krisis pangan, ia dengan tegas membantah hal tersebut.

"Karena pada 2020 produksi pangan dunia justru mencapai puncaknya. Bagaimana bisa disimpulkan krisis pangan," ujarnya dalam program Market Review di IDX Channel, Jumat (14/10/2022).

Dwi menjelaskan bahwa krisis pangan berdasarkan definisi yaitu terjadi lonjakan dalam tempo yang cepat yang diakibatkan oleh penurunan produksi serealia.

Adapun yang terjadi bukanlah krisis pangan melainkan food price index terus mengalami kenaikan sejak Mei 2020 sampai sekitar Maret 2022. Namun, peningkatan itu karena adanya peningkatan harga dari vegetabel oil akibat gangguan di Amerika Latin, tepatnya di Argentina dan Brazil.

"Sehingga bagi saya kita perlu menyikapi pernyataan ini bagi Indonesia, karena pernyataan ini karena kepentingan siapa? Dan kita tahu di forum G20, G7 itu di dominasi oleh negara-negara maju," tandasnya.

Dia menduga, isu krisis pangan global yang berembus merupakan kepentingan negara-negara maju yang ingin meraup keuntungan. Menurutnya, negara-negara maju saat ini adalah pemasok pangan dunia. Sekitar 65% pangan yang diperdagangkan di seluruh dunia, dipasok oleh negara-negara maju.

"Lalu ada lima perusahaan nasional milik negara-negara maju yang menguasai 90% perdagangan pangan, sehingga saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya isu krisis pangan ini diembuskan oleh siapa," kata dia. (NIA)

SHARE