Krisis Properti di China, Pemilik Real Estate Terbesar Merugi Rp165 Triliun
Seperempat dari Produk domestik bruto (PDB) China disumbang dari sektor properti, sehingga properti menjadi hal yang sangat krusial.
IDXChannel - Seperempat dari Produk domestik bruto (PDB) China disumbang dari sektor properti, sehingga properti menjadi hal yang sangat krusial. Namun, saat ini China sedang dilanda krisis properti.
Kejadian ini tak lepas dari kebijakan bank sentral China yang membatasi jumlah pinjaman untuk properti, akibatnya pengembang semakin kesulitan membayar utang. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menumbuhkan ketidakpastian ekonomi, membuat banyak calon pembeli rumah berpikir ulang untuk membeli hunian.
Akibat krisis properti di China, salah satu wanita terkaya di Asia, Yang Huiyan mengalami penurunan kekayaannya.
Dikutip dari The Guardian, disebutkan Yang merupakan pemegang saham mayoritas di pengembang properti terbesar, China Country Garden. Kekayaan bersihnya turun lebih dari 52% menjadi USD11,3 miliar dari USD23,7 miliar tahun lalu, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Sehingga krisis properti China dapat mengganggu pergerakan roda bisnisnya.
Kekayaan Yang Huiyan semakin terpukul pada Rabu (27/7/2022) ketika saham yang terdaftar di Country Garden yang berbasis di Guangdong, Hong Kong, turun 15 persen setelah perusahaan mengumumkan akan menjual saham baru untuk mendapatkan uang tunai.
Krisis di sektor real estate ini terus mengalami peningkatan karena ribuan orang yang membeli rumah merasa tak puas karena pembangunan yang molor. Bahkan para pembeli itu mengancam akan menghentikan pembayaran jika pembangunan tak bisa tepat waktu.
Dalam laporan S&P Global Ratings memprediksi penjualan properti di China bisa turun hingga sepertiga pada tahun ini dan dapat menjadi ancaman di sektor perekonomian.
"Tanpa penjualan properti para pengembang akan kesulitan, ini jadi ancaman untuk keuangan dan perekonomian," ujarnya. (TYO)