ECONOMICS

Krisis Utang AS Menghantui, Menkeu G7 Soroti Ketidakpastian Ekonomi Global

Dovana Hasiana/MPI 14/05/2023 06:00 WIB

Menteri Keuangan negara anggota G7 mulai meningkatkan kewaspadaan terkait ketidakpastian ekonomi global karena krisis utang AS.

Krisis Utang AS Menghantui, Menkeu G7 Soroti Ketidakpastian Ekonomi Global. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Menteri Keuangan negara anggota G7 mulai meningkatkan kewaspadaan terkait ketidakpastian ekonomi global. Hal itu sejalan dengan kebuntuan plafon utang Amerika Serikat (AS) dan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina. 

Menteri Keuangan dari negara-negara G7 tersebut menyoroti ketidakpastian prospek global dengan adanya kekhawatiran akan gagal bayar AS, yang telah dibayangi oleh tingginya inflasi dan kegagalan sejumlah bank di AS. 

"Ekonomi global telah menunjukkan ketahanan terhadap berbagai guncangan, termasuk pandemi Covid-19, perang agresi Rusia terhadap Ukraina, dan tekanan inflasi," ujar para pemimpin keuangan negara G7 dalam sebuah komunike dilansir Reuters, Sabtu (13/5/2023). 

Dengan demikian, Menteri Keuangan negara - negara G7 sepakat untuk tetap waspada, lincah dan fleksibel dalam kebijakan makroekonomi di tengah ketidakpastian yang meningkat tentang prospek ekonomi global. 

Terkait masalah perbankan, para pembuat kebijakan disebut akan mengatasi kesenjangan data, pengawasan, dan regulasi dalam sistem perbankan. Namun, mereka mempertahankan penilaian di bulan April bahwa sistem keuangan global masih tangguh, berkat reformasi regulasi yang dibuat setelah krisis keuangan global 2008. 

Sementara, bank-bank sentral G7 juga menekankan komitmen terhadap stabilitas harga dan memastikan ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik. Ini dilakukan seiring dengan inflasi yang masih meningkat.

Selain itu, China juga menjadi topik utama, yang mana para pemimpin G7 mendorong pembentukan skema baru untuk mendiversifikasi rantai suplai dan mengurangi ketergantungan kepada negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.

Skema baru ini memungkinkan G7 untuk menawarkan bantuan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah agar mereka dapat memainkan peran yang lebih besar dalam rantai suplai untuk produk-produk yang berhubungan dengan energi dan pengolahan komponen-komponen manufaktur.

(FRI)

SHARE