ECONOMICS

Kritik Cukai Minuman Manis Berlaku 2025, HIPMI: Ekonomi Sedang Kurang Baik-Baik Saja

Tangguh Yudha 22/08/2024 17:43 WIB

HIPMI mengkritisi kebijakan cukai minuman manis yang akan berlaku 2025 yang dinilai tidak tepat.

HIPMI mengkritisi kebijakan cukai minuman manis yang akan berlaku 2025 yang dinilai tidak tepat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mengkritisi kebijakan cukai minuman manis yang akan berlaku 2025. Kebijakan tersebut dinilai tidak tepat di tengah kondisi ekonomi sekarang ini.

Ketua HIPMI Tax Center, M. Arif Rohman mengatakan, cukai minuman manis harus diterapkan pada waktu yang tepat. Pemerintah, kata dia, perlu berhati-hati dan lebih jeli melihat kondisi ekonomi, termasuk industri minuman.

"Kalau dari sisi timing, kami melihat bahwa kondisi ekonomi kita saat ini sedang kurang baik-baik saja, artinya kita pun konsisten (mendorong) untuk tidak diberlakukan saat ini," kata Arif di Jakarta, Kamis (22/8/2024).

Arif khawatir kebijakan cukai minuman manis di tengah kondisi saat ini dapat memberatkan industri. Oleh karena itu, dia mendorong agar aturan ini ditunda.

"Cukai ini kami juga berpandangan akan memberatkan industri, walaupun memang kalau kita lihat secara jangka panjang berkaitan juga dengan kesehatan. Tapi ini perlu menjadi kajian yang serius," katanya.

Sebagai informasi, pemerintah memastikan cukai minuman manis akan diterapkan tahun 2025. Target penerimaan cukai dari minuman manis ditetapkan Rp244,2 miliar. Selain penerimaan, penerapan cukai ini untuk menekan angka diabetes.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo juga menilai, saat ini industri minuman sedang mengalami kontraksi. Pada 2023, pertumbuhan industri minuman negatif 2,3 persen dan diprediksi masih tertekan pada tahun ini.

"Kondisi industri minuman saat ini kalau saya bisa sampaikan belum baik-baik saja. Kita tahun lalu pertumbuhan di industri minuman kurang lebih minus 2,3 persen. Masih belum kembali dari masa-masa pandemi. Di masa 2020-2022 itu pertumbuhannya 0 persen," ujarnya.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE