Kualitas SDM RI Rendah, Mayoritas Pekerja Hanya Lulusan SD dan SMP
Kemenaker menyebut kualitas dan kompetensi SDM Indonesia rendah. Itu karena lebih dari 50% jumlah pekerja di Indonesia lulusan SD dan SMP.
IDXChannel - Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indah Sari, mengatakan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia rendah. Itu karena lebih dari 50% jumlah pekerja di Indonesia hanya lulusan SD dan SMP.
Dita menjelaskan jumlah tenaga kerja di Indonesia saat ini mencapai 135,61 juta. Dari jumlah tersebut, 38% di antaranya merupakan lulusan SD atau tidak lulus SD.
Kemudian, 18% merupakan lulusan SMP atau tidak lulus SMP, 18,7% lulus SMA, 12,5% lulusan SMK, dan sisanya sekitar 6,7% lulusan S1 ke atas.
"Terlihat ini angkatan kerja kita yang pendidikannya SMP ke bawah itu mencapai 56%, atau setengah lebih dari angkatan kerja kita, memang kekuatan SDM masih sangat rendah untuk bisa berkompetisi untuk pasar kerja global maupun lokal," ujarnya dalam Market Review IDXChanel, Selasa (4/10/2022).
Lebih lanjut, dia menjelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang di Indonesia, justru semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Hal itu berdasarkan tingkat pengangguran lulusan SD sampai SMP paling kecil.
Lulusan SD ke bawah yang menganggur hanya 3%, sedangkan lulusan SMP yang menganggur hanya 5%, sementara lulusan SMA yang menganggur i8,15% dan lulusan SMK yang menganggur 10%.
"Bahkan tingkat Pengangguran di jenjang S1 ke atas itu lebih besar jika dibandingkan di kalangan SD dan SMP," sambungnya.
Menurut Dita hal tersebut saat ini menjadi tantangan pemerintah dalam mengatasi pengangguran intelektual yang saat ini marak terjadi di Indonesia. Realisasi investasi dengan hilirisasi diharapkan mampu mengatasi hal tersebut.
"Pengangguran orang berpendidikan, itu yang kita hadapi sekarang, jadi yang pendidikannya rendah tidak bisa baik lebih sejahtera, tapi yang pendidikannya tinggi susah mendapat kerja, itu problemnya," ujarnya.
Di samping itu, Dita menyebut daya juang para lulusan SD maupun SMP lebih besar ketimbang jenjang pendidikan di atasnya. Hal itu membuat mereka lebih mudah menerima pekerjaan apa pun.
" (Mereka) tidak terlalu memilih, yang penting mereka kerja, itu membuat tingkat pengangguran ini di dominasi oleh tingkat SMA, SMK," jelasnya.
(FRI)