Kurs Rupiah Melemah Sepekan ke Rp16.350, Ini Penyebabnya
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir menunjukkan tren pelemahan yang cukup signifikan.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir menunjukkan tren pelemahan. Sempat berada di bawah level Rp16.200 per dolar AS di awal pekan, rupiah berbalik arah dan melemah selama enam hari perdagangan berturut-turut.
Pada penutupan perdagangan Jumat, kurs rupiah spot melemah 0,38 persen menjadi Rp16.350 per dolar AS, mencatatkan pelemahan mingguan sebesar 1,13 persen. Tren serupa juga terlihat pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di mana rupiah turun 0,35 persen menjadi Rp16.340, dengan pelemahan mingguan 1,10 persen.
Rupiah menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk pada hari Jumat (22/8/2025), diikuti oleh rupee India yang melemah 0,3 persen. Sebagian besar mata uang di kawasan Asia, seperti yen Jepang, dolar Taiwan, dolar Hong Kong, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan baht Thailand, juga mengalami pelemahan.
Namun, beberapa mata uang berhasil melawan tekanan pasar, seperti won Korea yang menguat 0,54 persen, peso Filipina 0,15 persen, dan yuan China 0,01 persen.
Pelemahan ini terjadi di tengah menguatnya indeks dolar, yang naik 0,11 persen pada hari Jumat dan 0,9 persen dalam sepekan terakhir, mencerminkan penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Meskipun terjadi pelemahan, beberapa analis masih optimistis.
"Kami masih positif rupiah dengan target Rp16.000 meski terjadi aksi jual tajam menyusul pemangkasan suku bunga BI yang mengejutkan pada Rabu lalu," kata Ahli Strategis BNY, Wee Khoon Ching seperti dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyoroti sentimen internal, khususnya kondisi politik, yang turut memengaruhi pergerakan rupiah. Menurutnya, penetapan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer sebagai tersangka oleh KPK memicu kegaduhan.
"Wamen tenaga kerja yang kita lihat sebelumnya begitu bagus, begitu mendukung untuk para pekerja terhadap perusahaan-perusahaan BUMN, tetapi kenyataannya selama delapan bulan memimpin terjadi OTT," ujarnya.
"Nah ini yang membuat sedikit kegaduhan karena banyak sekali media-media asing pun juga terus mencermati kondisi Kabinet Prabowo-Gibran yang di hari Kamis terkena OTT," kata Ibrahim.
(Rahmat Fiansyah)