ECONOMICS

Laba Bersih BUMN Tembus Rp126 T, Erick: Berkat "Bersih-bersih" dan Transparan

Suparjo Ramalan 10/06/2022 18:29 WIB

Menteri Erick Thohir memastikan laba bersih BUMN sebesar Rp126 triliun merupakan hasil 'bersih-bersih' dan transformasi BUMN.

Laba Bersih BUMN Tembus Rp126 T, Erick: Berkat "Bersih-bersih" dan Transparan (Dok.MNC)

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan laba bersih perusahaan pelat merah sebesar Rp126 triliun merupakan hasil 'bersih-bersih' dan transformasi BUMN. Keuntungan itu dicatatkan pada 2021. 

Bersih-bersih yang dimaksud berupa pencegahan tindak pidana korupsi di internal BUMN. Lalu, kinerja manajemen yang dinilai profesional dan transparan

"Kami di Kementerian BUMN berupaya bersih-bersih diri, bekerja secara transparan, profesional, yang tadinya untungnya BUMN Rp 13 triliun sekarang untungnya Rp 126 triliun," ungkap Erick, Jumat (10/6/2022). 

Dia memastikan laba bersih BUMN ini diperuntukan bagi kepentingan rakyat melalui program strategis pemerintah pusat. 

"Keuntungan kita berikan kepada negara, supaya apa? Negara bisa terus membuat program yang pro rakyat," ungkapnya. 

Pada 2020 lalu, Erick menuturkan kontribusi perusahaan pelat merah dalam bentuk dividen, pajak, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperuntukkan untuk percepatan pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Kontribusi BUMN kepada negara mencapai Rp 377 triliun di 2020. Kontribusi ini digunakan mendukung program pemerintah. Khususnya, program jaring pengaman sosial saat pandemi Covid-19.

Contoh program pemerintah pro rakyat adalah adalah stimulasi listrik yang berlaku hingga Juni 2021 lalu. Dimana pemerintah melalui PT PLN (Persero) memberikan stimulus kepada pelanggan rumah tangga, industri, dan bisnis kecil dengan daya 450 VA.

"Contoh saat Covid pemerintah menggelontorkan yang namanya bantuan sosial, listrik 450 VA digratiskan pemerintah," kata dia.

Erick juga mengharuskan BUMN merumuskan program pro rakyat yang bersifat jangka panjang dan bukan jangka pendek. Bahkan, mengutuk keras program perusahaan yang tidak berdampak luas bagi kepentingan masyarakat, lantaran perumusan dan implementasinya setengah-tengah.  

"Dalan merajut sebuah program, programnya harus berjalan jangka panjang, tidak bisa kita membuat program jangka pendek apalagi setengah-setengah, dan tidak baik juga membuat program yang tidak bisa konkrit dan tidak merasak hasilnya," pungkas Erick. 


(IND)

SHARE