Larangan Impor Kereta Bekas Bakal Perpanjang Jam Sibuk Stasiun
PT KAI bicara urgensi impor KRL untuk menggantikan rangkaian kereta yang sudah masuk masa konservasi.
IDXChannel - PT KAI bicara urgensi impor KRL untuk menggantikan rangkaian kereta yang sudah masuk masa konservasi. Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengtakan impor 10 rangkaian kereta bekas untuk menggantikan kereta-kereta yang sudah masuk waktu konservasi sebanyak 10 rangkaian pada 2023, dan 19 pada 2024.
Sehingga jika tidak ada penggantinya otomatis perjalanan KRL akan berkurang dan berpengaruh terhadap daya angkut. Bahkan, dikatakan Anne waktu untuk mengurangi kepadatan orang di stasiun akan lebih panjang.
"Daya angkut pasti terganggu, tetapi saya harus memastikan kepada masyarakat, KRL tidak akan berhenti dengan adanya masalah ketika ktia tidak bisa mendatangkan 10 KRL," ujar Anne dalam Market Review IDXChannel, Kamis (2/3/2023).
Menurut Anne, dengan kondisi yang ada sekarang pihaknya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mengurai kepadatan orang di stasiun pada jam-jam sibuk.
Sehingga dengan tidak beroperasinya 10 rangkaian kereta, waktu untuk mengurai jam sibuk diperkirakan menjadi 4 jam, alias waktu tunggu kedatangan kereta bisa lebih lama.
"Dampaknya ketika jam sibuk yang saat ini kita layani, saat ini saja kita mengurainya hampir 2 jam, jadi kalau tidak didatangkan 10 kereta itu, yang bisa mengangkut 200-300 ribu, jam sibuk ini bisa 4 jam," sambungnya.
Hal tersebut menjadi kekhawatiran baru untuk KCI bahwa penumpang tunggu di stasiun bisa tumpah ke jalanan. Mengingat daya tampung stasiun kereta yang juga terbatas.
"Apakah ini menjadi solusi, tentu tidak, tetapi untuk pengguna jasa cummuter line kami akan tetap melakukan pola rekayasa operasi untuk meminimalisir masalah," kata Anne.
"Kalau 10 kereta ini tidak dijalankan, orang akan numpuk di stasiun, kereta akan datang, tapi antrean akan lebih panjang," lanjutnya.
Anne juga menjelaskan selain melakukan impor kereta bekas dari Jepang, pihaknya juga terus mengupayakan untuk pengadaan kereta baru. Bahkan, sudah dilakukan kontrak pembelian sebanyak 16 trainset dengan nilai Rp4 triliun dan siap untuk dioperasikan 2025 - 2026.
"Kereta yang bukan baru ini dibutuhkan untuk replacement konservasi saja, sehingga semakin lama jumlah kereta yang bukan baru ini akan semakin kecil, dan kereta baru ini akan semakin banyak," pungkasnya.
Selama proses perizinan impor belum diberikan, KAI Commuter akan melakukan optimalisasi rekayasa pola operasi agar operasional perjalanan commuterline tetap melayani para pengguna di seluruh Lintas Jabodetabek.
Saat ini KAI Commuter melayani lebih dari 800 ribu pengguna per hari, bahkan sebelum pendemi dapat melayani 1,2 juta pengguna per hari. (NIA)