ECONOMICS

Lockdown Dibuka Terlalu Cepat, Kasus Covid-19 India Tembus 30 Juta

Tia Komalasari/IDXChannel 24/06/2021 08:25 WIB

Data Pemerintah India menunjukkan ada 50.848 infeksi Covid-19 yang tercatat selama periode 24 jam pada hari Rabu (23/6/2021).

Data Pemerintah India menunjukkan ada 50.848 infeksi Covid-19 yang tercatat selama periode 24 jam pada hari Rabu (23/6/2021).

IDXChannel - Data Pemerintah India menunjukkan ada 50.848 infeksi Covid-19 yang tercatat selama periode 24 jam pada hari Rabu (23/6/2021). Dengan demikian,  total kasus yang dilaporkan menjadi 30,02 juta dan korban tewas harian yang dilaporkan adalah 1.358.

India merupakan negara kedua setelah Amerika Serikat dengan kasus Covid-19 tertinggi. Negara Asia Selatan itu mengalami gelombang kedua yang menghancurkan ketika kasus virus corona yang dilaporkan melonjak antara Februari dan awal Mei. Kondisi itu membuat rumah sakit kewalahan dan kebutuhan medis seperti oksigen dan obat-obatan terbatas.

Peningkatan pesat kasus covid-19 di India tidak lepas dari varian delta yang dilaporkan nmuncul pertama kali di negara tersebut. Varian ini sangat menular dan kini ditemukan di lebih dari 80 negara. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan delta menjadi varian dominan penyakit di seluruh dunia.

Tahun lalu, pemerintah pusat India memberlakukan lockdown nasional selama berbulan-bulan untuk memperlambat wabah yang menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Kali ini, pemerintah negara bagian memberlakukan pembatasan yang lebih lokal untuk membendung penyebaran virus.

Beberapa ekonom, termasuk Kunal Kundu dari Societe Generale, mengatakan bahwa banyak gelombang kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan, krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pengeluaran terkait kemungkinan akan membuat konsumen India “sangat terluka.”

Gelombang kedua juga berdampak pada pedesaan India, yang kemungkinan mempengaruhi permintaan di pedesaan meskipun musim hujan normal, kata Kundu dalam sebuah catatan minggu ini.

Pejabat pemerintah, ahli epidemiologi dan pakar kesehatan lainnya mengatakan gelombang ketiga tidak bisa dihindari. Beberapa dari mereka memperkirakan gelombang tiga bisa melanda India pada Oktober 2021.

Dalam jajak pendapat Reuters dari 40 spesialis perawatan kesehatan, dokter, ilmuwan, ahli virus, ahli epidemiologi dan profesor dari seluruh dunia, konsensusnya adalah bahwa gelombang ketiga akan lebih terkontrol daripada gelombang saat ini.


Sementara para ahli mengatakan bahwa vaksinasi adalah jalan ke depan untuk India. Hingga saat ini, kurang dari 5% dari total populasi India telah menerima dua dosis vaksin yang diperlukan untuk dianggap telah diinokulasi sepenuhnya. Peluncuran vaksinasi menghadapi tantangan tahun ini termasuk kekurangan pasokan.

Statistik yang disusun oleh publikasi online ilmiah Our World in Data menunjukkan bahwa sekitar 16% populasi telah menerima setidaknya satu dosis vaksin di India.

Negara ini menetapkan target ambisius untuk memproduksi lebih dari 2 miliar dosis vaksin Covid-19 pada Desember. Jumlah itu cukup untuk menyuntik sebagian besar penduduknya. Tetapi beberapa pakar kesehatan masyarakat mengatakan target vaksin saja tidak akan membantu mengimunisasi semua orang.


Pelonggaran Lockdown

Penurunan kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir telah mendorong negara bagian untuk mulai melonggarkan lockdown, termasuk rencana dimulainya kembali pengajaran di kelas untuk sekolah dan perguruan tinggi. Beberapa pengamat mengatakan langkah itu berpotensi menjadi bumerang.

"Tingkat vaksinasi jauh di bawah tingkat yang dianggap aman untuk mengurangi langkah-langkah jarak sosial secara substansial di negara-negara yang lebih padat penduduknya dan penting secara ekonomi," kata Priyanka Kishore, kepala ekonomi India dan Asia Tenggara di Oxford Economics, seperti dikutip dari CNBC International.


Dia mencatat bahwa pembatasan sebagian kemungkinan akan tetap ada dalam beberapa bulan mendatang, tetapi pembukaan lockdown kembali telah dimulai lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Kami pikir strategi pembukaan kembali ini tidak bijaksana dan dapat mengakibatkan peningkatan baru dalam infeksi dan pengetatan kembali pembatasan di masa depan,” kata Kishore.(TIA)

SHARE