ECONOMICS

LPG 3 Kg Diganti Kompor Listrik Bikin Beban Orang Miskin Bertambah

Rizky Fauzan 22/09/2022 13:12 WIB

LPG 3 Kg diganti dengan kompor listrik disebut-sebut hanya akan menambah beban orang miskin.

LPG 3 Kg Diganti Kompor Listrik Bikin Beban Orang Miskin Bertambah (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Pemerintah saat ini tengah melakukan uji coba konversi kompor LPG ke kompor listrik atau induksi. Namun, hal ini dinilai masih perlu dilakukan beberapa evaluasi agar ke depannya penyaluran subsidi bisa lebih tepat sasaran.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dalam upaya mengurangi ketergantungan masyarakat dengan kompor LPG, pemerintah harus konsisten. Hal ini mengingat pola masyarakat yang sudah telanjur nyaman dengan penggunaan kompor LPG, karena proses memasak yang lebih cepat.

"Mengurangi ketergantungan LPG dengan kompor listrik butuh konsistensi, karena diperkirakan butuh waktu lama adaptasi dan persiapan di tingkat masyarakat," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal, Kamis (22/9/2022).

Selain itu, menurut dia, daya listrik yang dibutuhkan untuk kompor listrik relatif besar. Sementara kelompok golongan rumah tangga dengan daya listrik 450 VA adalah golongan pemakai gas melon subsidi terbanyak, sehingga kurang cocok menggunakan kompor listrik untuk memasak harian.

"Kalau dinaikkan daya listriknya, maka beban tagihan listrik akan naik dan merugikan orang miskin," kata Bhima. 

Bhima membeberkan, biaya transisi ke kompor listrik relatif jadi beban baru. Dia menilai, tidak semua kompor listrik bisa diberi gratis, plus alat masak khusus.

"Kalau orang miskin disuruh beli kompor listrik sendiri sepertinya hanya menambah beban di tengah naiknya biaya hidup akibat inflasi," bebernya.

Bhima mengutarakan, pemerintah ingin mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, tapi di hulu pembangkit listrik masih dominan batu bara dan BBM.

"Jadi sama saja konsumsi listrik naik, maka PLTU yang butuh batu bara semakin tinggi. Beban hanya pindah dari penghematan di hilir jadi kenaikan pembelian batu bara dan BBM impor di hulu pembangkit," jelasnya. 

Bhima menilai, budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia dengan menggunakan kompor listrik sepertinya butuh waktu lebih lama untuk diubah.

"Jangankan orang miskin, kelompok menengah atas sebenarnya sudah lama mengenal kompor listrik. Tapi mereka nyaman pakai LPG, karena proses memasak lebih cepat," kata Bhima.

Bhima mengungkapkan, infrastruktur listrik di kantong-kantong kemiskinan meskipun rasio elektrifikasinya tinggi, tapi masih terdapat keluhan byar pet atau pemadaman di jam tertentu.

"Ini perlu dijamin stabilitas aliran listrik, karena jika terjadi pemadaman, maka aktivitas rumah tangga penggunaan kompor listrik bisa terganggu," pungkanya. (FAY)

SHARE