ECONOMICS

Luas Panen Petani Kompak Turun Secara Tahunan, Ini Penyebabnya

Advenia Elisabeth/MPI 13/04/2023 07:18 WIB

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto mengatakan, luas panen petani mengalami penurunan secara tahunan.

Luas Panen Petani Kompak Turun Secara Tahunan, Ini Penyebabnya (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto mengatakan, luas panen petani mengalami penurunan secara tahunan. 

Berdasarkan catatannya, pada 2018 luas panen petani 11.378 ha, 2019 luasnya turun menjadi 10.678 ha, 2020 luasnya kembali turun menjadi 10.657 ha, lalu 2021 turun menjadi 10.412 ha, terakhir di 2022 turun menjadi 10.453 ha. 

"Luas panen cenderung turun, maka dari itu pasti konversi lahan ini tampaknya tidak bisa distop. Ini yang seharusnya menjadi perhatian kita bersama," ujar Sutarto dalam diskusi publik, Rabu (12/4/2023).

Sambungnya, demikian juga surplus beras yang mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2018 tercatat hanya 4,37 juta ton, 2019 turun menjadi 2,38 juta ton, 2020 turun lagi menjadi 2,13 juta ton, kemudian 2021 turun menjadi 1,31 juta ton, lalu terakhir pada 2022 naik tipis menjadi 1,34 juta ton. 

"Kalau kita lihat sebenarnya hanya beberapa provinsi yang sebenarnya penyumbang untuk daerah lain. Jadi kalau kita mau pengadaan beras pemerintah itu ya konsentrasinya mesti daerah-daerah yang memang surplusnya itu besar," kata Sutarto. 

Adapun beberapa provinsi yang surplus dan penopang penyediaan stok nasional beras adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, NTB, dan Aceh.

"Kalau surplus nya kecil, itu memang bagaimana pun juga bahkan yang minus itu tentunya akan sangat sulit kalau kita melakukan pengadaan beras," tambah Sutarto.

Kemudian, ada perubahan yang mendasar dalam puncak masa panen di 2022, yang mana di tahun lalu, masa panen hanya terjadi sekali. Padahal, normalnya terjadi dua kali dalam setahun. Oleh karena itu, Sutarto berharap, 2023 tidak terjadi perubahan masa panen. Sehingga produksi beras dalam negeri bisa kembali surplus. 

"Kalau kita lihat saat ribut mengenai pemerintah dalam hal ini Bulog supaya melakukan pengadaan beras itu justru pada saat kita ini mengalami keadaan minus, itulah yang menjadi penyebab kesulitan. Mudah-mudahan nanti di 2023 ini kembali menjadi ada dua puncak panen," tandasnya. 

(DES)

SHARE