ECONOMICS

Luhut Minta Suntikan Dana ke INA, Purbaya Khawatir Hanya Dipakai Beli Obligasi

Anggie Ariesta 18/10/2025 14:15 WIB

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa khawatir dana tersebut tidak akan disalurkan ke sektor riil, melainkan hanya digunakan untuk membeli obligasi.

Luhut Minta Suntikan Dana ke INA, Purbaya Khawatir Hanya Dipakai Beli Obligasi (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan meminta dana pemerintah sebesar Rp50 triliun ditempatkan di Indonesia Investment Authority (INA).

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa khawatir dana tersebut tidak akan disalurkan ke sektor riil, melainkan hanya digunakan untuk membeli obligasi atau bond.

"Anda tahu INA ditaruh di mana sekarang utangnya sebagian besar? Saya rasa sama obligasi juga. Anda cek dulu deh," kata Purbaya saat media briefing di kantornya, Jumat (17/10/2025).

Purbaya menegaskan, usulan dana tersebut baru akan diterima jika INA efektif dalam menjalankan program investasi di sektor riil.

Menkeu secara terbuka mengkritik praktik penempatan dana oleh entitas investasi pemerintah jika mayoritas ditempatkan pada instrumen utang, seperti obligasi.

"Gini, saya enggak mau kasih uang ke sana, nanti uangnya dibelikan bond lagi, buat apa? Mending saya kurangin, buat saya," kata dia.

Purbaya membandingkan situasi ini dengan Danantara yang sebagian besar dananya juga ditempatkan di obligasi. Meskipun Danantara berjanji akan menyalurkan dana ke sektor riil pada waktunya, INA juga harus membuktikan keahliannya di sektor investasi, mengingat statusnya sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF).

"Tapi yang penting INA juga akan kita lihat, betul seperti itu? Kan INA kan harusnya mengundang investor asing. Itu kan sovereign wealth fund, bukan domestik aja. Kita menaruh lho, 70 triliun di situ, saya lupa. Kayaknya segitu deh," ujarnya.

Sebelumnya, Luhut menyoroti potensi besar INA sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) untuk menarik investasi asing. Luhut mengusulkan agar pemerintah menyuntikkan dana Rp50 triliun per tahun ke INA yang diharapkan dapat berkembang menjadi Rp1.000 triliun dalam lima tahun.

(DESI ANGRIANI)

SHARE