ECONOMICS

Lulusan SMK di Banten Sumbang Pengangguran Terbanyak, Apa Sebabnya?

Hambali 12/10/2023 12:35 WIB

Dindikbud Banten mengakui lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar dari jumlah pengangguran yang ada, yakni sebanyak 10 persen pada tahun 2023.

Lulusan SMK di Banten Sumbang Pengangguran Terbanyak, Apa Sebabnya? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Provinsi Banten menduduki peringkat pertama dari jumlah pengangguran terbuka di Indonesia. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, persentasenya mencapai 7,97 persen. 

Dari data tersebut, sebagian besar merupakan lulusan sekolah kejuruan, baik SMKN atau pun swasta.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten mengakui lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar dari jumlah pengangguran yang ada, yakni sebanyak 10 persen pada tahun 2023.

"Tahun kemarin 13 persen, sekarang sudah menurun jadi 10 persen. Alhamdulillah itu berkat kerja keras dari kita semua," kata Sekretaris Dindikbud Banten, Lukman saat ditemui usai membuka pameran Jobfair di SMKN 5 Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (12/10/2023).

Kata Lukman, jumlah pengangguran di Banten ternyata lebih tinggi dari Provinsi Jawa Barat yang menduduki peringkat kedua. Padahal, jumlah penduduk Jawa Barat jauh lebih banyak yaitu sekira 49 juta jiwa.

"Padahal kalau dilihat dari jumlah penduduk Jawa Barat lebih banyak, mungkin 3 atau 4 kali lipat dari Banten. Kalau Banten jumlah penduduknya hanya 12 juta, kalau Jawa Barat 40 sampai 50 juta," paparnya.

Menurut dia, di antara banyak penyebab jumlah pengangguran didominasi lulusan SMK adalah karena keterbatasan jaringan dengan dunia usaha berdasarkan kompetensi keahlian (skill) yang dimiliki sebagaimana diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

"Karena lulusan SMK itu punya keahlian, walau sebutannya baru semi profesional. Kalau SMA melamar kerja ke mana saja, mau jadi OB, mau jadi apa, diterima. Kalau anak-anak SMK dia punya keahlian, kayak tadi pengelasan, farmasi, dan desain grafis. Kan tidak mungkin lulusan grafis diterima di bagian pengelasan, pintunya sudah jelas," ungkapnya.

Untuk itu, Dindikbud Banten sendiri terus mendorong berbagai kegiatan yang membuka jaringan antara SMK dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan pihak terkait lain. Di sisi lain, penguatan soft skill terus diperkuat.

"Kebanyakan dari anak-anak kita itu tidak kuat mental, mengeluh gaji kecil, itu yang terjadi. Nah ini yang menjadi catatan bagi kami, bagi sekolah dan juga bagi komite sekolah. Jadi keberhasilan itu tidak hanya dari pengetahuan, tapi juga kepribadian mental seperti disiplin dan tanggung jawab," terangnya.

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Kepala SMKN 5 Tangsel Rohmani Yusuf membeberkan peranan sekolah yang tetap memikul tanggung jawab moril terhadap siswa yang telah lulus. Di antaranya dengan melakukan penelusuran pressure study terhadap status seluruh alumni.

"Ketika anak-anak wisuda, kita lepas, maka tanggung jawab sekolah sebenarnya sudah selesai. Tetapi secara moral kami dikejar terus oleh kementerian, oleh Dinas Pendidikan yang disebut dengan pressure study," katanya.

"Di dalam pressure study itu, berapa persen ketercapaian lulusannya bekerja, ketercapaiannya berwira usaha, ketercapaian lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi negeri," imbuhnya.

Kata Rohmani, pihaknya kini menggelar Jobfair yang dibarengi penandatanganan kerjasama dengan puluhan perusahaan. Upaya itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sekolah menyiapkan lulusannya nanti bersaing di dunia kerja.

"Maka alhamdulillah kemarin saya ketemu oleh Ketua Forum HRD yang diketuai Ibu Wali Kota Tangsel dan beliau siap memasilitasi SMKN 5 dengan berbagai programnya. Baik itu nanti program entrepreneur kewirausahaan ataupun program seminar penguatan sumber daya manusia," pungkasnya.

(YNA)

SHARE