Malaysia Panic Buying Air Minum Kemasan, Bagaimana Indonesia?
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri mengatakan kejadian panic buying air kemasan di Malaysia tidak akan terjadi di Indonesia.
IDXChannel - Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri mengatakan kejadian panic buying air kemasan di Malaysia tidak akan terjadi di Indonesia. Febri mengatakan pasokan air mineral dalam kemasan (AMDK) di Indonesia sejauh ini cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sehingga masyarakat tidak perlu panik dan melakukan hal serupa.
"Panic Buying di Malaysia tidak berdampak ke kita. Sejauh ini, industri dalam negeri masih bisa memenuhi kebutuhan AMDK. Jadi aman, tidak ada masalah apapun," ujar Jubir Kemenperin Febri Hendri, Senin (22/5/2023).
Dia juga menjelaskan pemenuhan kebutuhan AMDK dalam negeri menjadi prioritas utama. Pihaknya terus memastikan kebutuhan dalam negeri tercukupi sebelum melakukan ekspor.
Selain itu, Kemenperin melakukan pemantauan terhadap situasi panic buying yang terjadi di Malaysia sehingga bisa melakukan berbagai langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya hal serupa di Indonesia.
“Kami masih memantau. Tapi yang jelas pasokan AMDK kita masih mencukupi," terangnya.
Menurut Febri, sebelumnya tidak pernah ada kejadian panic buying AMDK di Indonesia. Bahkan ketika momentum Lebaran di mana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengeluarkan ketentuan larangan truk dan angkutan barang lewat jalan tol dan non tol selama masa mudik Lebaran 2023.
"Pasokan saat itu sempat terhambat. Tapi tidak menciptakan panic buying dan tidak ada masalah apapun," pungkasnya.
Adapun saat ini warga Malaysia sempat dilanda panic buying dengan berbondong-bondong membeli air minum kemasan dalam jumlah yang banyak.
Dalam video yang beredar, masyarakat tampak memadati supermarket untuk berbelanja air kemasan yang menyebabkan sejumlah stok di beberapa rak habis terjual.
Hal ini terjadi imbas penurunan curah hujan dan bendungan yang mengering di negara tersebut. Namun, situasi itu semakin diperparah dengan adanya gangguan sistem bendungan air di Sungai Muda karena ada sensor yang salah.
Hal tersebut memengaruhi produksi air olahan di Instalasi Pengolahan Air (WTP) Sungai Dua, demikian dilansir The Star. (NIA)