ECONOMICS

Melihat Nasib Dolar AS Pasca Kesepakatan Utang

Maulina Ulfa - Riset 06/06/2023 13:07 WIB

Pekan ini bakal menjadi penuh tekanan bagi instrumen safe haven dolar Amerika Serikat (AS). Dolar terpantau melemah pada awal pekan, Senin (5/6/2023).

Melihat Nasib Dolar AS Pasca Kesepakatan Utang. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pekan ini bakal menjadi penuh tekanan bagi instrumen safe haven dolar Amerika Serikat (AS). Dolar terpantau melemah pada awal pekan, Senin (5/6/2023).

Penurunan ini dipengaruhi data dari sektor jasa AS atau PMI non-manufaktur hampir tidak tumbuh pada Mei karena pesanan baru yang melambat.

Dalam laporan Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI non-manufaktur turun menjadi 50,3 pada Mei dari bulan sebelumnya 51,9.

Indeks di atas 50 menunjukkan pertumbuhan dalam industri jasa, yang menyumbang lebih dari dua pertiga perekonomian.

Konsensus ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PMI non-manufaktur naik tipis menjadi 52,2.

Indeks dolar jatuh 0,03% pada level 103.904 pada Selasa (6/6/2023) pada pukul 10.43 WIB.

Ini merupakan penurunan lanjutan setelah sehari sebelumnya dolar berada di level ke 104,00, turun 0, 13%. Adapun pada pekan sebelumnya, dolar naik 104,40 dan turun dari posisi bertahan tertinggi 11 minggu di level 104,70 yang dicapai pada 31 Mei lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Adapun kinerja sejumlah mata uang terhadap dolar terpantau menguat seperti Euro yang naik 0,04% pada USD1,0715, meningkat di level USD1,0635 pada 31 Mei lalu yang merupakan level terendah sejak 20 Maret. Sementara kinerja Poundsterling juga menguat 0,05% pada level USD1,2443.

Adapun untuk mata uang Jepang, greenback turun 0,04% menjadi 139,51 terhadap yen di mana sebelumnya mencapai 140,93 pada 30 Mei, tertinggi sejak 23 November tahun lalu.

Kondisi ini mengakhiri reli dolar yang juga dipicu oleh pertumbuhan pekerjaan yang kuat di negeri Paman Sam.

Kuatnya Ekonomi AS Bisa Jadi Sentimen Positif

Sebelumnya, pada pekan lalu reli dolar didukung sentimen pasca AS secara resmi menyepakati plafon utang yang menyelamatkan negeri Paman Sam dari risiko gagal bayar utang.

Di samping itu, data pada Jumat menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS tercatat menambah 339.000 pekerjaan pada Mei. Namun AS mengalami lonjakan pengangguran ke level tertinggi selama tujuh bulan terakhir sebesar 3,7%.

Dolar sempat naik setelah data kenaikan pekerjaan ini yang mendorong ekspektasi bank sentral The Federal Reserve (The Fed) untuk terus menaikkan suku bunga karena inflasi yang tetap tinggi.

Bank sentral AS kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga pada Juni. Namun, investor bertaruh sebesar 65% menyatakan kemungkinan akan terjadi kenaikan suku bunga 25 basis poin tambahan pada Juli, menurut FedWatch CME Group tool.

Adapun Goldman Sachs dalam analisis terbarunya mengatakan ekonomi AS yang sangat kuat menunjukkan masih terlalu dini untuk bertaruh pada turunnya greenback.

Menurut Goldman Sachs, tren ekonomi AS yang lebih kuat dan lemahnya ekonomi Eropa dan China terus menjadi sentimen positif untuk dolar dalam waktu dekat.

Pernyataan itu dirilis setelah ekonomi AS melaporkan data pekerjaan bulanan yang meledak pada Jumat (2/6/2023).

Menurut Alat Monitor Suku Bunga The Fed oleh Investing.com, sekitar 75% investor mengharapkan The Fed menahan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini dengan sekitar 50% mengharapkan bank sentral untuk melanjutkan kenaikan suku bunga pada bulan Juli.

"Kami berharap konferensi pers Ketua (Jerome Powell) akan sangat terfokus pada kebijakan The Fed untuk menahan suku bunga dalam jangka waktu yang lama," kata Morgan Stanley dalam catatan Senin.

Namun, jika The Fed menaikkan suku bunga, maka akan mendukung sentimen investor pada aset berisiko dan dapat mengancam instrumen safe-haven macam dolar.

“Kami memperkirakan penurunan dolar akan terus dangkal dan dibatasi oleh kinerja ekonomi makro AS," kata Goldman Sachs. (ADF)

SHARE