ECONOMICS

Memahami Bisnis Startup , Haruskan Bakar Duit Demi Bertahan?

Athika Rahma 08/06/2022 10:33 WIB

Kebanyakan startup hanya berjalan mengandalkan kucuran dana investor sehingga rapuh dan mudah rubuh.

Memahami Bisnis Startup , Haruskan Bakar Duit Demi Bertahan? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Bisnis rintisan alias startup tengah menjadi sorotan. Bukan karena perkembangannya yang cukup masif, melainkan karena keberadaannya yang tengah mengalami guncangan.

Kebanyakan dari bisnis rintisan ini disebut hanya berjalan mengandalkan kucuran dana investor sehingga rapuh dan mudah rubuh. Gara-gara kondisi ekonomi yang masih tidak pasti, ditambah inflasi di berbagai negara dan konflik Rusia-Ukraina yang belum mereda, investor startup mengurungkan niat untuk menyuntikkan dananya ke startup karena takut merugi.

Imbasnya, PHK massal terjadi pada pekerja startup. Laporan layoffs.fyi menyebutkan, 15.000 karyawan startup di seluruh dunia terpaksa di-PHK. Beberapa diantaranya ialah JD.ID, LinkAja hingga Zenius.

Padahal, pendanaan modal ventura ke startup cukup besar, termasuk di Indonesia. Data DSInnovate menyebutkan, di kuartal I 2022, pendanaan startup tercatat mencapai US$ 1,2 miliar, meningkat 2x lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.

Lantas, bagaimana sebenarnya perputaran dana di startup sehingga kebanyakan dari mereka justru goyah dan memberhentikan karyawan? Apakah bisnis mereka tidak sehat?

Sebelumnya, kita harus memahami bagaimana proses pendanaan startup. Mengutip berbagai sumber, sejak berdiri, dana yang digunakan startup kebanyakan berasal dari dana pribadi. Pendanaan pertama ini dikenal dengan nama bootstrapping.

Namun menurut data CB Insights, 29% startup kehabisan modal di proses bootstrapping, sehingga membutuhkan sumber lain. Oleh karenanya, dicarilah pendanaan lain atau yang dikenal dengan istilah seed funding. Dananya bisa berasal dari keluarga atau kerabat.

Setelah usaha terus berkembang, startup akan masuk ke tahap pendanaan seri A. Biasanya dari sini, modal ventura akan menyuntikkan modal jika startup tersebut potensial dan memiliki rencana bisnis yang baik.

Jika sudah lebih meyakinkan, maka pendanaannya akan naik ke seri B, seri C, hingga saat benar-benar siap, maka startup akan melakukan Initial Public Offering (IPO), yang artinya, pendanaannya akan berasal dari masyarakat luas (publik).

Bila startup memiliki bisnis yang sehat, maka dana yang mereka dapatkan dari pendanaan seri A hingga IPO akan balik modal. Tentunya, ini berkaitan dengan permintaan pasar akan produk atau jasa yang dijual startup.

Tak jarang, startup mengandalkan strategi bakar uang untuk menumbuhkan brand awareness, memunculkan loyalitas pelanggan hingga menarik investor. Sayangnya, kebanyakan dari mereka gagal mengonversi valuasi menjadi pendapatan bahkan laba.

Jika hal ini terjadi, sudah pasti startup akan berada di ujung tanduk. Perusahaan harus memikirkan cara bertahan, entah dengan mencari keuntungan atau menekan biaya operasi. Salah satu opsinya, memberhentikan karyawan. (FRI)

SHARE