ECONOMICS

Mendag Soroti Rasio Kewirausahaan Indonesia Hanya 3,2 Persen, Tertinggal dari Malaysia dan Thailand

Tangguh Yudha 27/11/2025 15:39 WIB

Mendag menyoroti rasio kewirausahaan Indonesia yang masih tertinggal dengan negara tetangga. Rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru mencapai 3,2 persen.

Mendag Soroti Rasio Kewirausahaan Indonesia Hanya 3,2 Persen, Tertinggal dari Malaysia dan Thailand. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannelMenteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso atau Busan menyoroti rasio kewirausahaan Indonesia yang masih tertinggal dengan negara tetangga. Menurut dia, rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru mencapai 3,2 persen.

Angka tersebut tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sudah berada di atas 4 persen, serta jauh di bawah Singapura yang mencapai 8,6 persen. Sementara itu, negara-negara maju umumnya memiliki rasio kewirausahaan di kisaran 10 hingga 12 persen.

“Rasio kewirausahaan kita itu baru 3,2 persen. Malaysia, Thailand sudah di atas 4 persen, Singapura 8,6 persen, negara maju rata-rata 10-12 persen. Nah syarat untuk menjadi negara maju ya 10-12 persen, kita masih 3,2 persen," kata Mendag di sela acara Penganugerahan Penghargaan Perlindungan Konsumen dan Forum Konsultasi Publik UPTP III Tahun 2025 di kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2025).

“Kita UMKM-nya banyak, tetapi kan tidak semua itu mempunyai daya saing, baru 3,2 persen,” tuturnya.

Meski Indonesia memiliki jumlah UMKM yang besar, dia menilai tidak semuanya memiliki daya saing yang memadai. Karena itu, peningkatan rasio kewirausahaan harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pelaku usahanya, bukan sekadar penambahan jumlah.

Mendag mengimbau seluruh pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah, untuk mendukung program-program peningkatan kapasitas pelaku usaha. Ia menilai langkah tersebut penting untuk mendorong kenaikan rasio kewirausahaan nasional.

"Nah ini tugas kita bersama. Jadi kita tidak hanya sekedar menghitung berapa jumlahnya, ya tapi kita juga menghitung kualitasnya, tidak hanya kuantitasnya. Makanya tolong Bapak-Ibu program-program ini diikuti, ya karena ini salah satu bagaimana kita meningkatkan rasio kewirausahaan tadi," lanjutnya.

Mendag mendorong para pelaku UMKM untuk semakin aktif memanfaatkan platform digital sebagai sarana berjualan. Menurutnya, transformasi ke penjualan online bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan untuk meningkatkan daya saing di tengah perubahan perilaku konsumen.

Menurutnya, transformasi dari offline ke online sebenarnya bukanlah fenomena yang baru. Ia mencontohkan bagaimana ketika minimarket pertama kali muncul banyak yang menganggap akan menghancurkan toko kelontong, namun pada kenyataannya kedua toko bisa berjalan berdampingan sampai saat ini.

"Ini sama dengan offline dan online ya. Offline katanya banyak terganggu dengan online tetapi kalau kita lihat UMKM kita juga banyak yang bergerak, banyak yang hidup karena online. Karena mereka tidak perlu ada toko, ada tempat yang biaya mahal tapi dia bisa berjualan secara online," kata dia.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE